Para pembaca yang budiman, pada tulisan ini, Anda akan saya ajak berkelana dalam dunia imajinasi berkenaan dengan pengalaman saya mengikuti mata kuliah Foundation of Learning Sciences di Institute of Learning Sciences and Technologies (ILST) National Tsing Hua University (NTHU) Taiwan. Ada banyak cerita yang dapat Anda baca, dan semoga bermanfaat.
- Wednesday, 15 Sept 2021 (week 1)
Pembaca yang budiman, kali ini saya mau share pengalaman saya mengikuti perkuliahan Foundation of Learning Sciences di Dept. of Learning Sciences and Technologies NTHU. Sebenarnya mata kuliah ini saya ambil tahun lalu (sem 1), namun karena situasi saya masih di Indonesia dan akan datang terlambat ke kelas perkuliahan, professornya meminta dan menyarankan saya untuk mengambil kembali tahun ini, beliau mengatakan bahwa mata kuliah ini banyak melibatkan aktivitas diskusi dan mengharuskan hadir secara langsung pada setiap pertemuan. Takutnya pengalaman belajar yang saya peroleh tidak maksimal. Akhirnya keinginan saya waktu itu terpaksa saya tunda, dan saya usahakan agar dapat kelas ini pada semester ini, dan alhamdulillah terwujud.
Mengapa saya merasa perlu dengan mata kuliah ini? karena selain memang berhubungan dengan bidang keilmuan saya, juga karena menariknya sajian isi mata kuliah dapat silabus yang disediakan instruktur. Dari semua topik dan bentuk penugasan yang ada, saya merasa akan mendapatkan banyak pengalaman, insight, inspirasi dan ilmu baru tentang landasan ilmu pendidikan. Dan itu akan sangat berguna ketika saya kembali ke tempat kerja khususnya ketika saya akan mengampu beberapa mata kuliah yang terkait. Memang kita dapat belajar secara mandiri, namun terkadang jika dikondisikan dalam bentuk perkuliahan, kita dapat belajar lebih maksimal daripada hanya mengandalkan kesadaran sendiri.
Agenda perkuliahan pada hari ini berupa pembahasan silabus dan rencana penugasan selama satu semester. Professor menjelaskan secara rinci apa yang harus dipenuhi oleh para mahasiswa dari awal hingga akhir. Dari bahan ajar, metode, bentuk penugasan, aspek penilaian akhir, dan pengelompokan. Dengan mendengarkan pemaparannya, kami memperoleh kejelasan apa yang dimaksud dengan sajian pada silabusnya. Pengampun mata kuliah ini ada dua orang yakni Prof. Jeng Yi Tzeng dan Prof. Chiu Pin Lin. Keduanya guru besar bidang pendidikan, dari tampilannya terkesan sangat berwibawa dan bernas. Setelah masing-masing memperkenalkan diri, kemudian Prof. Lin pamitan dan dilanjutkan sampai akhir oleh pengampunya Prof. Tzeng sampai akhir sesi.
Setelah jelas dengan silabus, professor melanjutkan dengan agenda perkenalan, nama, asal, jurusan, background pendidikan dan research interest masing-masing mahasiswa. Dari semua mahasiswa, kami berasal dari berbagai bidang, ada yang dari pendidikan, bahasa, manajemen, marketing, sistem informasi dan lain-lain. Saya rasa ini menarik karena kami akan bertemu dalam satu forum dengan perspektif dan wawasan awal yang berbeda. Semoga kami dapat saling bertugas pikiran, gagasan dan pengalaman. Dari semua siswa, sepertinya hanya saya sendiri yang berasal dari mahasiswa asing. Saya tidak tahu mengapa tidak ada mahasiswa asing yang ikut kelas ini. - Wednesday, 22 Sept 2021 (Week 2)
Jika belajar hanya untuk memperoleh nilai yang bagus, maka itu bukan belajar, belajar adalah proses menantang pebelajar untuk mengerti dan pandai mengelola informasi agar dapat menyelesaikan masalahnya. Learning kita memegang apa yang kita pahami, sampai hal itu dapat dipertanyakan. Learning adalah perubahan tingkah laku yang terjadi secara permanen disebabkan adanya interaksi antara pebelajar dengan lingkungan. Lebih tepatnya any process in living organisms leads to permanent capacity change and whic is not soley due to biologiccal maturation or ageing (Illeris, 2007). A long-term change in mental representations or association as a result of experience (Ormrod, 2008).Learning is aacquiring new knowldge, behaviours, skill, vaules, preferences or understandding, and may invlove synthesizing different types of information (Wikipedia)
Pertanyaan hanya utnuk mengukur kemampuan siswa membaca pertanyaan, sedangkan pengetahuan itu sangat complicated, sehingga akan banyak yang tidak tercover dalam sebuah pertanyaan pada sebuah tes yang standar. Jika kita telah belajar maka ada perubahan tingkah laku baik pada dimensi conigitive, affective and psycomotoric. Yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya benci jadi tidak benci. Tidak semua perubahan itu sebagai hasil belajar, misalnya perubahan alami seperti perubahan suhu tubuh, perubahan cuaca dan lain-lain. Perubahan yang terjadi secara cepat (tidak permanen) dan kembali lagi pada kebiasaan sebelumnya, maka itu bukan learning. Learning by immitaion, learning by communiation,
Emosi kita berperan penting dalam meningkatkan fungsi kognisi kita. Maka dalam proses belajar harus didasarkan rasa nyaman dan rasa aman. Tidak dalam tekanan. Prior knowledge is the key to our learning. Kita belajar dari interaksi social. Kadang-kadang budaya mempengaruhi cara kita bersikap dan berperilaku walaupun kadang kita tahu apa yang kita lakukan. Misalnya ketika moon festival, mengapa orang BBQ, akhirnya anak muda juga mengikutinya tanpa memahami mengapa harus melakukan BBQ. Pada masa lalu laki-laki pergi bekerja diluar, perempuan dirumah, hal itu sesuatu yang normal dan tidak ada yang mempertanyakan. Namun belakang sudah berubah, perempuan juga dapat bekerja untuk membesarkan keluarga.
Beberapa jenis asosiated learning antara lain. Classical conditionining is kind of uncontoloble situation. Operant conditioning means controlable situation. Operant conditioning your outcome behaviour determine the previous behaviour. Sontohnya siswa yang belajar gigih akan dapat nilai yang bagus, dan kemudian akan semangat untuk belajar giat lgi pada masa depan. Observational learning belajar tidak harus distimulus secara khusus, hanya cukup dengan pengamatan saja terhadap lingkungan. Imprinting lebih banyak terjaid pada burung. Sedangkan sebaliknya adalah non associated learning yakni habituation adn sensitization. Habituation contohnya kita masuk ke dalam ruangan yang ada bau tikus mati, waktu awal masuk kita akan merasa bau, namun setelah beberapa menit maka akan terasa biasa. Sedangkan sensitization sebaliknya, misalnya seorang perempuan menduga laki-lakinya selingkuh, maka sejak pertama tahu ia akan semain sensitif, akan semakin curiga.
Active learning adalah belajar dengan pelibatan diri secara aktif melibatkan semua indra. Play belajr melalui bermain. Enculturation contohnya kita pergi ke luar negeri, dan kita belajar hal baru, budaya baru, bahasa baru. Episodic learning artinya belajar dari sebuah kejadian, misalnya kejadian yang palign menarik, seperti ulang tahun, atau ketika kita dikejar oleh anjing galak, maka ketika kita melihat anjing akan muncul kehati-hatian atau perasaan takut. Atau ketika kita datang ke kelas masa lalu kita, maka kita akan mengingat kembali kejadian masa lalu.
Meaningfull learning dari David Ausable, kita butuh prior knowledge dengan new thing yang kita pelajari. Bagaimana cara kita menghubungkan konsep baru dengan pemahaman yang telah lalu. Evidence based learning artinya belajar didukung bukti empiris, evidence based learning always better than learning withaut evidence. Formal learning dilakukan dalam kelas yang diorganisasi dengan sengaja dan dengan dasar filosofi dan tujuan. Nonformal learning juga dirancang diluar kelas, seperti ke musieum, atau filed trip. Tanential learning adalah bealjar dari kesenangan, misalnya orang menikmati musim video, kemudian ia termotivasi untuk belajar music instrument. atau setelah orang belajar game online kemudian ia termotivasi untuk belajar membuat game. setelah melihat youtube maka ia termotivasi untuk menjadi youtuber menjadi content creator. Dialogic learning yakni belajar dari proses dialog dengan orang. Berikutnya adalah incidental learning yakni orang belajar secara tidak sengaja dan menjadi hal baru untuk kita.
Dynamic view of learning, contait level of influences on learning, identity (who), beliefs/values (why), capabilities (how), behaviour (what), enviroment (where and when) (Dilts, Epstain (1995) - Wednesday, 29 September 2021 (Week 3)
Hari ini profesor masih menjelaskan materi tentang how people learn dari Brassford. Beliau memulai dengan menjelaskan tentang 6 prinsip belajar menurut expert, pertama adalah prinsip meaningfull patterns dengan menggunakan contoh permainan catur, dimana ada tiga kelompok pertama pemain pemula, kedua kelas menengah dan ketika master. Maka hasil penelitian menunjukan bahwa pemain master dapat menempatkan setiap anak catur pada posisi awal. Master player memiliki banyak prior knowlegde yang berhubungan dengan masalah yang diberikan. Seorang pemain badminton akan bisa bermain pingpong lebih baik dari profesor. karena mereka memiliki prior knowledge yang berhubungan. Beliau memberikan contoh tentang pola dot, ketiak berantakan kita tidak dapat menebak, namun ketika dibuat pola kita lebih mudah menghitung.
Second principle is deep understanding, pemula akan hanya membaca sedangkan expert adalah membaca ide besar dari penulis bukunya. Mencari ide utamanya. Termasuk mengapa penulis berpendapat seperti itu, Untuk menjadi deep understanding maka kita harus bertanya mengapa penulis menyajikan dengan cara begitu. Banyak guru mengajar siswa untuk jadi anak yang jago matematik seperti kalkulator, namun mereka tidak membentuk matematikawan yang memahami matematika dalam kehidupan nyata. Selain itu kadang banyak soal yang diberikan pada konteks tes internasional lebih banyak ke masalah yang ada di Amerika sehingga kurang kontekstual dengan di negara lain.
Third principle is context and access to knowledge, Expert akan mengkontekstualiasi knowledge melalui situasi nyata sehingga memudahkan siswa. Beberapa metode untuk mengkontekstualisasi knowledge antara lain PBL, mental process, authentic context, and distributed cognition.
Forthprinciple is fluent retrieval, karena sering diulang seorang expert akan menyelesaikan masalah dengan cepat, misalnya dalam konteks expert drivers vs novice drivers maka ia tahu jalan terbaik dan tercepat tanpa macet karena pengalamannya.
Experts and teaching, kadang-kadang seorang pakar tidak dapat mengajar dengan baik karena dia tidak tahu cara mengajar yang memudahkan siswa memahami. Sehingga cara menyajikan materinya dapat membuat siswa merasa kesulitan.
Adaptive expertise, seorang expert bukan karena dia smart, namun dia tahu bagaimana masalah bekerja. Mereka membiasakan metacognition. Metacognition adalah self monitoring process tentang apa yang telah dipelajari. Metacognition terjadi dalam diri setiap siswa. Kita sebagai guru dapat memantu siswa untuk memonitor belajar siswa. ada banyak cara untuk meningkatkan learning monitoring siswa. Awalnya diperoleh dari luar dan kemudian diolah dalam diri sendiri. Cara untuk melatih metacognition ability dapat mengikuti a critical thinking map for meta-cognition anatar lain dengan mengggunakan lima tahapan yakni improtant events, point or steps, main ideas/lessons, other viewpoints/oppinions, readers conclusion, relevance to today.
Beberapa filosofi belajar orang China (Confucius:Kong Qiu September 28, 551 BC) yang terkenal sebagai seorang filsuf China dan ada banyak quote terkenal dari beliau, antara lain inquiry, probing, knowlegde reconstruction, learning-doing, truth, student agency, metaphor, development vs learning, personalized instruction, dialectics-janusian (berpikir secara bertentangan secara bersamaan, misalnya ada ibu dalam bentuk bayi dan ibu-ibu tua, minimalist scaffolding, epistemology, counterproductive teaching, ineffective learning, inappropriate learning attitude, learning by teaching, sequential, spiral curriculum, students entery levels, guide on the side, enlightening, inspiration, inquiry problem posing, expansive learning, personal theories,
Selanjutnya study guide dari grup 1 yang membahas chapter 1 sebagaimana yang saya tulis pada artikel lainnya. Begitupun simpulan pada chapter 2. Scale up and scale down is a key word in LS. Scale up artinya menyebarkan hasil elemental riset ke kontek yang lebih luas atau sering disebut dengan generating hasil kedalam konteks yang lebih besar. Sedangkan scale down adalah menyederhanakan complext system menjadi elemen yang lebih spesifik untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa.
Tujuan dari learning science adalah untuk menghasilkan kebenaran sehingga perlu ada pengukuran.
Guru harus fokus pada membangun ability of learning dibandingkan dengan mencapai learning outcome yang kurang bermakna. Knowledge tidak bisa dipisahkan dari context. - Wednesday, 06 October 2021
Hari ini kuliah dimulai dengan penyajian informasi hasil survei yang dilakukan oleh International Society in Learning Scientist (ISLS) Susan dkk. Mereka melakukan survei kepada para anggota ISLS dan dipublikasikan pada tahun 2017 tentang LS. Beberapa topik riset dan arahan riset bidang LS disampaikan. Begitupun yang dilakukan oleh Parker 2016, ada beberapa topik utama yang menjadi penekanan dalam riset LS.
Selanjutnya memasuki sesi personal reflection question pekan lalu yang ditujukan kepada kelompok 1 dan 2. Post constructivism mengandung pandangan bahwa kebenaran itu hanya satu dengan sendirinya, post constructivism jika tidak ada konsensus, human being is not the only one who counstruct of meaning, ide juga diantarkan oleh objek kepada otak manusia. Abjek juga memiliki arti, mereka mempengaruhi cara pikir manusia. Contoh ketika orang membunuh anjing, karena ditangannya punya senapan, orang merasa lebih berkuasa karena punya senjata, bukan hanya karena keinginan dirinya. Intinya orang dan objek memberi arti bersama, tidak hanya manusia yang membangun ide secara sendiri. sedangkan dalam constructivism kebenaran itu ada diluar kepala manusia lalu manusia mengkonstruksinya sendiri. Apa yang kita lihat akan diantarkan ke otak untuk diterjemahkan. Otak bisa menerjemahkan karena memiliki kriteria ide sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan tidak ada satupun metode terbaik, semuanya baik pada situasi dan kondisinya. pada era industri instructionism lebih relevan, namun saat ini lebih banyak constructionism, namun jika Constructionism adalah yang terbaik, mengapa saat ini masih banyak implementasi dari instructionism? karena siswa masih harus menguasai materi untuk mendapatkan grade yang baik, walaupun mungkin mereka mungkin tidak terlalu membutuhkannya.
Agenda berikutnya adalah presentasi dari kelompok 3 dan 4 tentang teori Piaget dan teori Vygotsky. Menurut teori Piaget proses development itu terjadi secara otomatis dan alami setiap hari, sedangkan proses learning harus diprovokasi secara terbatas oleh orang lain seperti orang yang lebih tua. dan lebih berpengalaman, Piaget berpandangan bahwa development of knowledge terjadi dalam diri seseorang secara aktif, maka respon lebih dulu dari stimulus, karena ketika stimulus masuk sedangkan respon tidak siap, maka tidak akan terjadi proses learning. Itulahmengapa Piaget memandang abhwa develoopment itu merupakan proses strukturisasi pengetahuan, melalui operaational structur. Sedangka learning adalah proses antara respond dan stimulus, yang terjadi dalam proses organisai dari struktur yang ada. Sehingga learning itu merupaka upaya menyederhanakan struktur dari struktur yang lebih komplek. Proses pengemabngan pengetahuan terjadi karena maturation, experience, social tansmission, equilbration. Mengingat saat ini sudah masuk era informasi yang sangat cepat, maka bisa saja proses tahapan perkembangan Piaget juga berubah lebih cepat. Learning terjadi ketiak our cognition is provoked? caranya dengan bertanya agar terjadi proses equilibration. ketika tidak ada ada equibliration maka tidak ada kesempatan belajar. Selain itu kita dapat memberikan stimulus yang dapat mengaktivasi proses asimilasi, dan akomodasi, untuk membentuk equilibration. Maka guru harus pandai mengemas lingkungan belajar yang dapat mengaktivasi siswa. Melalui aneka metode, seperti belajar di kelas, dan diluar kelas, dengan mengaktivasi proses berpikir siswa. Siswa yang belum bisa berpikir hipotetsi, bukan berarti tidak bisa berpikir abstrak, itulah mengapa di eropa sejak SD sudah diajarkan cara berpikir filsuf. Untuk pandangan Piaget itulah mengapa kita harus merancang pembelajaran beradasarkan tahap pekembangan siswa. Sementara untuk paddanngan vigotsky maka harus dirancangg pembalajaran yang daapt menguide siswa tidak perlu denagn tahap perkembangannya.
Pada teori stimulus respon schema para ahli percaya bahwa setiap keterampilan seseorang akan membentuk satu tambahan skema pada area yang ada, kita belajar bahasa baru maka akan bertambah area kapabilitas kita, begitupun sebelumnya. - Wednesday, 13 October 2021
dalam Piaget tidak membandingkan antara asimilasi dan akomodasi. Setiap anak berbda dalam kecepatan empaat tahap Piaget, jika anak diberikan banyak stimulasi, maka akan lebih cepat, namun jika tidak, maka akan lebih lambat. Untuk mengukur tingkat kematngan perkembangan kognitif anak. Post constructivism is not social constructiovism, postconstrctivism menekankan hubungan tara orng dg alam adn semua benda, sedangkan social lebih kepada sesama manusaia lain. Asimilasi dan akomodasi adalah cara kerja kognitif kit,a, cara untuk melatihnya maka kit harus punya struktur yang matang agr lebih mudah menangkap informasi. Piaget menjelaskan tentang cros culture theory. Social trasmision dipengaruhi oleh perbedaan kultur. Misalnya dibarat anak-anak diajarkan filsafat sejak dini. Beda dengan di asi.
Formal operation theory kuncinya adalah profesional thinking dan reasoning, kita memberikan masalah atau promis, maka nanti siswa dapat memprediksi kemungkinan yang terjadi. Ini dapat dilakukan pada siswa usia 12 tahun ke atas. Adapun post formal operational thinking kita tidak perlu lagi variabel atau premis atau variabelnya banyak namun kita dapat mengelolanya. Problem possing, problem solving dan logical thinking adalah key dari post operational thinking.
Piaget bukan perkembangan berkelanjutan, melainkan tahapan dari learning. Artinya ada tahap-tahap proses perkembangan disebabkan kemampuan yang berbeda.
Children learning butuh bantuan dan bimbingan, guru dan orang dewasa yang memberikan keputusan apa yang harus dipelajari, karena siswa anak belum memiliki kecukupan teori untuk menentukan keputusan dalam belajar. Sedangkan adult learning lebih efektif karena mereka telah memiliki pengalaman dan masalah yang datang lebih dulu, Mereka juga dapat menggunakan teori secara tepat.
Scaffolding adalah interpersonal communication, artinya proses komunikasi pebelajar dengan lingkungan baik dengan guru maupun dengan sumber belajar lain. Maka sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran sebelum kelas dan jam pelajaran. Agar siswa mengalami proses scaffold dalam dirinya. Scaffolding bukan hanya tentang komunikasi antar siswa dengan siwa dan guru, tetapi juga tentang instuctional design, ketika guru telah menentukan tujuan belajar, dan materi pelajaran akan menjadi komponen pendukung untuk mencapai tujuan belajar. Scaffolding merupakan inti dari constructivism. Dengan proses scaffolding maka siswa telah melakukan constructivism. Scaffolding ada gap antara harapan guru dengan kemampuan siswa saat ini. Maka guru memberikan bantuan untuk siswa mencapai tujuannya. Sedangkan pada constructivism khususnya piaget gap antara materi yang diterima siswa dengan kemampuan awal mereka, maka ada gap antara asimilasi dan akomodasi disitulah proses belajar terjadi. Pada Prinsipnya baik constructivism and scaffolding terjadi dengan proses yang mirip. Hanya beda situasi dan pemberi stimulus. Piage dan Vygotsky sama-sama constructivsm, bedanya Piage personal constructivism, sedangkan Vygotsky adalah social constructivism.
Cognitive Perspective of Psycology, secara teori informasi yang kita terima ada maping dengan pengetahuan awal kita. Ketiak kita ditanya ttg Kucing, maka kita sudah punya mental image tentang kucing. Contoh lain ketika kita ditanya tentang covid-19 maka kita akan mengkonstruk jawabannya berdasarkan apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita baca, baru kemudian kita menjawabnya. Kita tidak memiliki semua hal tentang apapun yang ada di dunia ini, kita hanya akan tahu ketika kita sudah ditanya dan kita mencoba untuk menjawabnya melalui kumpulan informasi yang telah ada sebelumnya dalam kognisi kita.
Orang behavioral mengatakan bahwa otak kita itu seperti black box, kita tidak dapat menyentuhnya, kita tidak dapat melihat cara kerjanya, kita hanya dapt menngamai fenomena sebagai indikasinya. Itulah cognitive psychology, sedangkan cognition science mengadopsi the functional or computational approach to psychology.
Schema adalah informasi yang ada bisa dalam bentuk script maupun frame.
The key of teaching is help the student to underline of the key of the content, ot ot make them memorizing the of contnet. Contohnya kita dapat menguji siswa dengan paragraf yang berisi informasi utama tentang suatu aktivitas, dengan struktur kalimat yang tidak jelas, atau jdengan tanda-tanda. Misalnya tentang petunjuk layang-layang.
Mental model dan schema ada yang bilang sama ada yang bilang berbeda. Schema itu struktur of knowledge, sedangkan mental model adalah mental of calculation. Mental model lebih dinamis, sedangkan schema lebih statis. Mental model lebih kepada bagaimana kita mengoperasikan pada mental pikiran kita. Contoh ketika kita diminta untuk menyalakan komputer atau menyalakan proyektor, itu adalah skema, sedangkan ketiak ditanya apa yang akan dilakukan jika proyek atau komputer rusak, bagaimana kita akan mengajar.
Tidak ada teori yang sempurna, namun itu berguna. Bahkan ada ali yang mengatakan bahwa semua teori itu salah, namun berguna. - Wednesday, 20 October 2021
Micro learning micro content mungkin baik untuk emndukung short term memory, namun berbahaya untuk jangka panjang akrena ssiwa tidak dapat menangkap semua substansi materi, butuh desain dan master plan yang baik untuk sukses dalam micro elarning.
Mental models could be said function in our brain in the information processing model. Untuk meminimalisir kesalahan dalam ingatan kita, maka kita harus menuliskannya. Karena semakin lama kita menunda maka kan semakin terdistorsi memory kita. Kita akan melihat dunia sebagaimana scehma kita saat ini, dunia diterpretasikan oleh scehama yang ada seingga memungkinkan untuk terjadinya distorsi.
Automation leads to fixation of our cognitive operation, menggunakan black box dalam cara berpikir kita, bukan carayang baik untuk melatih berpikir kreatif kita. Untuk bisa creatif maka kita harus menrjemahkan, mengoperasikan, dan menganalisis suatu masalah. Schema dilahirkan untukberubah, melalui cara kita bealjar.JIka schme tiadak berkembang itu artinya kita tidak berlajat dalam jangka yang lama. Kadng-kadang schema akan berubah tanpa belajar yakni berubah ke arah lebih sederhana, jika belajar sehma akan berkembang lebih kompleks. Ketika kita mengingat sesuatu, maka ingatlah dalam konteksnya, dalam personal experience, dan personal emotion, biarkan personal emoting untuk menyediakan isyarat, bukan mengandalkan brain. Mental image is kind of mental representation.
Technology can play different tores in learning process, technology can be a tool, a mediator, or a teacher. Tidak semua pembelajaran membutuhkan teknologi, namun pembelajaran yang tiak memungkinkan hubungan manusia maka teknologi dapat berguna.
Lanjutan materi minggu lalu
Mental model dan schema is kind of mental representation, ada yang mengatakan bahwa schema dan mental model adalah sama, namun ada yang membedakannya. Ada juga internal dan eksternal representation. Umwelt menjelaskan tetnang perbedaan mata manusia dan hewan, kebanyakan hewan tidak dapat melihat warna objek. Dalam proses melihat yang berfungsi tidak hanya fungsi biologi, namun juga otak kita dalam menerjemahkan apa yang kita lihat.
Information processing model membedakan memory menjadi dua yakni short term dan long term, dalam short term yang terjadi adalah working memroy, sedangkan pada ling term memory adalah episodic memory, semantic memory dan prosedural memory. Excecutive control processes adalah metacognition.
Mental imagery adalah tentang cara ita memvisualisasikan apa isi memory atau schema tentang informasi kita, contohnya kita akan bertanya berapa jumlah pintu dirumah kita, mana yang paling besar atau paling berat, atau kita ditanya mana yang paling besar antara sapi, kuda, moose, dan unta? bagi kita yang pernah melihat secara langsung semuanya akan lebih mudah, namun bagi yang tidak pernah melihat akan berbeda. Ketika kita mengingat sesuatu, kita tidak mengingatnya secara detail, kita hanya mengingat strukturnya. Kita dapat mengingat suatu gambar dari maknanya.
Embodied adalah belajar dengan menggunakan keseluruhan bodi kita, misalnya dalam VR kita menggunakan gerakan badan.
Agenda selanjutnya adalah presentasi dari kelompok 1 dan 2.
Kelomoksatu menjelaskan tentnag 6 bentuk dari constructivism antara lain personal (kelly and Piaget), radical (Glaserfeld), social constructivism (Solomon), social constructionism (Gergen), critical (Taylor), dan contextual (Cobern). Untuk membedakannya kita dalapat membuat bagan objectivist-relativist, dan social-personal. Social objectivist lebih ke social interaction, sednagkan social relativist lebih memandang bahwa knowlegde does not exist using persional, sedangkan personal objetivist lebih ke indindividual learning, dan personal relativist lebih individu hanya akan berinteraksi dengan construction mereka.
Pembahasan dari professor.
Constructivism and constructionism antara Piaget and Papert keduanya adalah developmentalist, Mereka percaya bahwa seseorang berkembang bersama dengan maturasi schmeanya. Puat teori Piaget ada pada asimilasi patern, Sedangkan Papert mengatakan bahwa kita belajar dari menginterpretasikan diri dengan lingkungan, dengan dunia, dengan melalui solving problem, experienting new thing. Itulah mengapa Papert membuat program LOGO. Untuk melatih siswa untuk berinteraksi dengan program. Terjadi personal experience termasuk metacognition. Simpulannya kita bisa katakan Piaget, kita mengambil sesuatu dari luar ke dalam sedangkan Paert lebih ke in to out. Artinya membawa apa yang ada dalam diri dengan conteks di laur diri. Maka lebih kepada acomodation bukan asimilation. Teori ini menginspiriasi doiest atau learning by doing theory. Piaget lebih ke asimilasi, Papert lebih ke akomodasi.
Piaget memandang bahwa belajar itu lebih dari kontrit ke abstrak, ketika siswa sudah bisa memahami yang abstrak itu artinya dia punya logical yang kuat, sedangkan Papert tidak memandang sama, kita harus melihat value dari concrete. Bisa saja baik concrete maupun abstrak sama-sama berguna.
Bricoleur atau brocolage adalah suatu seni untuk membuat sesuatu tanpa menggunakan master plan atau desain yang rigid, ia dikerjakan secara alamiah saja dengan menggunakan material yang ada di sekitar kita. Misalnya membuat robot dari barang bekas, atau membuat lukisan dari sampah, kita membaut satu sampah pada dinding, kemudian kita mundur dan liaht lau tambahkan material lain, sampaimemiliki arti dan makna serta seni. Itulah juga dalam konteks belajar kita akan mengalami hal itu. Kata kuncinya araranging and rearranging, by negotiating and renegotiating with set of well known materials.
Sintonic learning melibatkan body, ego, cultural systonic. Ibarat kita mengegrakan mouse pada permukaan meja, kita tidak menghitung jumlah gerakannya, namun itulah proses syntonic dengan berbagai arah, dimensi, dan berorientasi pada pencapaian tujuan. Dalam prosesnya melibatkan semua sensor.
Bagaimana cara mengukur seorang siswa telah belajar berdasarkan teori constructivist? jawabannya adalah selama orang itu dapat mempertahankan argumen dan keyakinannya sesuai dengan kebenaran yang ada saat itu, sampai ada teori baru, maka ia dapat dikatakan telah belajar. Kita tahu bahwa constructivism adalah kebalikan dari positivism. Ketika positivism memandang ada satu kebenara dan kita harus menuju kesana, sedangkan constructivism melihat bahwa segala sesuatu dikonstruksi dalam pikiran kita, Post constructivism mencoba untuk menggabungkan antara constructivism dan positivism. Segala sesuatu punya nilai, dan kita punya hak untuk mengkonstruknya, maka kita harus memandang objektif melalui cara yang konstruktif. Semua teknologi dan instrumen untuk mengungkap fakta itu dibuat oleh manusia yang punya kelemahan, maka kebenaran yang dihasilkan juga akan mengalami keterbatasan. Maka dalam post constructivism dari awal ahrus direncanakan tujuan atau target akhir yang standar.
Salah satu teori yang mendukung psot constructivism adalah actor-network theori yang terdiri dari actor, agency, symmetry, tranlaton, ontology in pracice,
Sesi tanya jawab preview questions:
Perbedaan social construtivism berasal dari teori Vygotsky dimana pengetahuan d konstruksi melalui kegiatan sosial dengan orang lain, sedangkan social constructionism, dari Gergen yang dimana pengetahuan dan kebenaran sudah ada atas kesepakatan umum namun kita mengskontruksinya. - Wednesday, 27 October 2021
Agenda hari ini dimulai dengan menjawab personal reflection question. Pada constructionism guru memberikan banyak latihan, soal, dan arahan kepada siswa uuntuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sedangkan pada pandangan constructivism siswa yang menentukan apa yang mau mereka lakukan untuk meningkatkan pengetahuannya.
Piaget digambarkan sebagai seorang objectivist karena dia mengakui adanya objek yang eksis diluar sebagai learning object, namun itu bukan point utama teorinya. Object akan berubah sesuai apa yang terjadi dalam schema kepala pebelajar. berbeda dengan social constructivism yang memandang bahwa pengetahuan atau konsep dibangun oleh group of people. Sehingga pengetahuan juga berubah sesuai dengan proses belajar yang dilakukan. Contohnya ada konsep yang hanya dipahami oleh satu komunitas saja, walaupun katanya sama namun interpretasinya berbeda.
Esensi dari social constructionism adalah bahwa pengetahuan dikontruksi oleh sekelompok orang. Misalnya konsep energi dikalangan fisikawan berbeda dengan di kalangan biologis, begitupun di kalangan spiritualis.
Bagaimana menilai capaian hasil belajar siswa menggunakan pendekatan constructivism di sekolah k12? Apakah constrictivism adalah yang terbaik? faktanya keterampilan abad 21 membutuhkan kecakapan yang didukung oleh perspective of constructivism. Ini merupakan upaya meminimalisir instructiosinm yang dipandang terlalu didaktik dalam mengajar. Di Taiwan dalam kurikulum yang baru banyak menggunakan constructivism. Kritik terhadap constructionism adalah bagaimana mengukur hasil belajar, maka setiap pembelajaran harus dimulai dengan ukuran prior knowledge sebelum pembelajaran dilakukan. Ketika guru menggunakan standar test, maka itu dipandang bukan lagi constructivis.
Bricolage dapat kita latih dengan cara melatih memprediksi apa yang kita dengar apa yang kita lihat di berita dengan cara mengajukan hipotesis tentang kemungkinan yang akan terjadi berikutnya. Sebenarnya ini bisa juga dilatih dalam bentuk membuat gambar tanpa sketsa. Atau membuat kerajinan tangan dengan barang yang seadanya tanpa dibuat rancangan.
Problem posing adalah cara untuk mengembangkan knowledge kita dengan cara mengajukan masalah baru atau pertanyaan baru agar ada peningkatan dari current knowledge kita. Hal ini bisa dilatih setiap hari terhadap materi kuliah atau bahan bacaan atau konsep-konsep yang terjadi dalam sehari-hari. WHO mencanangkan slogan learning to be, learning to do, learning to life together. Artinya ketika kita belajar, maka kita berusaha untuk menuju pada apa yang mau kita capai. Namun juga memperhatikan prinsip living with other. Bukan hanya hidup dengan orang lain tapi juga dengan lingkungan dan konteks sosial. Sehingga kita menjadi orang yang peduli dengan apa yang orang katakan, ilmuan katakan, dan pemerintah sampaikan selama untuk kebaikan semuanya.
Objectivist memandang bahwa ada standar atau object untuk dipelajar, sedangkan relativist memandang bahwa tidak ada standar pengetahuan yang harus dipelajari, pengetahuan dibangun oleh setiap individu melalui konstruktivism. Maka posisi Vygotsky dan Piaget berada pada personal dan social objectivist Piaget lebih ke personal construtivism, sedangkan Vygotsky and Solomon is social constructivism. Dalam social constructivism ada scaffolding yang ditentukan oleh ukuran prior knowledge dan pendampingan yang konstruktif. Social constructivism lebih ke social objectivist sedangkan social constructionism menggunakan perspektif social dan relativist.
Sementara itu social relativist ada beberapa teori antara lain critical constructivism (Taylor), Constecxtual constructivism (Cobern), Social constructivism (Gergen), dan personal relativist yakni radical constructivism (Glasersfeld). Social constructioism ada faktor cultural background yang sama kemudian didiskusikan dengan yang lain. Demikian dengan contextual constructtvism yang melibatkan konteks sebagai objek dan lingkungan belajar untuk mengembangkan pengetahuan. Radical constructivism adalah cara pandang personal relativist, mereka membangun pengetahuan sendiri dan tidak memiliki pandangan bahwa ada pengetahuan standar di laur sana. itulah mengapa disebut radical.
Apakah siswa kita harus mengetahui semua teori yang sudah kita pelajari atau ini hanya guru dan orang tua? professor menjawab bahwa teori diperuntukkan untuk peneliti, guru, orang tua dan pekerja bidang pendidikan agar mengetahui dan lebih kritis ketika berhadapan dengan setiap situasi dan lebih memiliki pemahaman komprehensif tentang isu yang berkembang.
Agenda berikutnya adalah presentasi makalah dari kelompok 3 dan 4. Kelompok 3 mempresentasikan chapter 6 dengan judul Cognitive apprenticeship (CA). Secara umum chapter ini membahas tentang framewrok dan tema riset tentang CA. Sedangkan makalah kedua tentang social theory of learning dari Wenger (1998). Ada empat komponen yakni identity (learning as becoming), meaning (learning as experiencing), community (learning as belonging), and practice (learning as doing). Meaning ada dalam proses melalui partisipasi dan reifikasi. Reifikasi adalah proses menyederhanakan konsep abstrak kedalam bentuk konkrit melalui visualiasi atau break down, form, pointof focus, documens, monuments, projection. Sementara partisipasi meliputi living in the world, membership, acting, interacting, and mutuality.
Community beda team, organisasi, ekologi. Community adalah sekumpulan orang yang melakukan sesuatu secara spontan tanpa ada tekanan dan pembagian tugas. Social learning theorist menekankan bahwa meaning dikonstruksi melalui social interaction, dan melibatkan individual process untuk menginterpretasikannya. Dalam constructivism maka motivasi adalah kunci penting, karena tanpa motivasi akan sulit untuk mengkonstruksi sesuatu. - Wednesday, 03 November 2021
Kuliah hari ini dilakukan secara online karena Prof. Tzeng tidak bisa ke kampus disebabkan beliau baru selesai operasi kakinya setelah accident waktu badminton beberapa hari lalu. Kami menggunakan aplikasi webex seperti yang kami gunakan waktu perkuliahan pertemuan pertama. Ada bebeberapa catatan penting dari jawaban untuk personal question. Self learning bukan masuk dalam social theory of learniing, karena tidak ada interaksi dengan orang lain baik secara langsung maupun melalui komunitas atau perangkat online. Maka untuk kelompok social theory of learning harus dipastikan ada proses interaksi dengan orang lain terutama dalam learner community. Untuk membangun kreativitas siswa maka kita harus memberikan banyak umpan balik kepada siswa untuk lebih creatif dengan dirinya, kita mungkin tidak dapat menjadi seorang model yang kreatif.
Setelah sesi membahas personal question, dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh professor. Lalu masuk ke sesi materi presentasi dari kelompok 5 dan 6. Hari ini keduanya membahas topik tengtang knowledge forum, knowledge building dan knowledge creation.
Learning adalah perubahan pada mental stage pebelajar, sedangkan knowledge building adalah creating ideas. Apa itu building? dan apa yang paling mendasari sebuah proses building, yakni fondasi. Mari kita lihat Karl Popper (1972) sebagai bapak Popeerian epistimollogy yang mengusulkan ada berapa level knowledge builing yakni pertama world knowledge berupa matter = natural world, kedua mind = psichological world, dan ketiga yakni conceptual objets, the owrld of ideas, dan idea. Maka object dari dunia menjadi bagian penting dalam proses membangun dunia baru dalam pikiran kita. Profesional knowlegde bukan akhir atau final produk, namun itu adalah proses. Tidak ada knowlegde yang mapan dan matang, semuanya memungkinkan untuk terus berkembang. Dalam knowledge forum maka setiap orang akan mengusulkan ide, dan semua angota dapat membangun knowlegde baru.
Dalam brainstorming setiap orang akan mengusulkan pikiran mereka tanpa melakukan kritisasi orang lain, sedangkan dalam knowledge forum setiap idea akan dikritisi, didukung atau ditolak dan pada akhirnya akan ada idea baru yang lebih matang dan lebih mapan. Esensi dari knowledge building adalah perbaikan idea melalui diskusi dan analisis yang kritis. Dalam komunitas pengetahuan yang paling penting bukan orang yang paling cerdas, tapi bagaimana komunitas membangun ide dan knowledge yang baik. Contohnya dalam pengelolaan jurnal para editor dan reviewer akan mengkritisi dan menantang idea penulis sehingga diputuskan mana idea atau temuan yang layak untuk diterbitkan.
Emplicit knowlegde adalah pengetahuan yang berada di luar kita seperti ada pada buku, dokumen, database, video, manual, records, sedangkan tacit knowledge lebih kepada mental model, experience, ideas, intuition, attitude, values, cultural, moral, norm, religion. Lebih jelas kita dapat lihat pada Nonakas Knowledge model (1994). Ada 4 level dan 4 dimensi yakni tacit, explicit, lalu ada internalisasi, individual, group, organisation and inter-ogranisation.
Pada sesi akhir kami seperti biasa kembali untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Dan menyampaikannya di main kelas. Ada beberapa jenis organisasi antara lain, organisasi yang sederhana dan ada yang kompleks, selain itu ada organisasi yang tidak memiliki dana yang cukup untuk riset dan pengembangan. Sehingga kurang mendukung untuk pengembangan knowledge building.
understanding based assessment lebih menekankan pada penilaian terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa, sedangkan dalam knowledge forum lebih mengukur pada pengetahuan yang dikreasi oleh siswa. Maka seharusnya dalam knowledge creation akan lebih banyak tentang HOTs, Sedangkan pada knowledge akuisisi lebih ke LOTS. - Wednesday, 10 November 2021
- Hari ini kami kuliah tentang CSCL bersama Prof. Yun Wen dosen tamu dari LSA NIE NTU Singapore. Secara umum materinya cukup menarik, walaupun tentang pengantar tentang cscl namun cukup baik dilengkapi dengan diskusi dan tanya jawab. Sayangnya materi disajikan dalam bahasa mandarin, sehingga saya hanya bisa memahami dari slide materinya saja. Namun kemarin Prof Lin sudah menginformasikan sehingga saya bisa fokus membaca buku yang beliau sediakan tentang CSCL.
Saya juga belajar dari presentasi dosen tamu, beliau menjelaskan tentang apa itu collaborative learning, apa itu CSCl, kemudian mengapa harus collaborative learning, perbedaan collaborative learning dan cooperative learning, peran teknologi dalam CSCl, bagaimana memastikan collaborative learning terjadi, bagaimana cara mengukur collaborative leanring, dan apa saja trend research CSCl ke depan.
10. Wednesday, 17 November 2021
Hari ini tidak ada kuliah karena bersamaan dengan sport day.
11. Wednesday, 24 November 2021 (mid-term report)
Hari ini memasuki pertemuan ke 11,dan jadwal mid term report. Kami diberian waktu makismal 6 menit untuk presentasi dan tanya jawab tentang project yang akan atau sedang kami kerjakan.
Hari ini saya mempresentasikan term paper menggunakan literature review untuk final project saya. Saya lihat kebanyakan teman-teman kelas memilih proyek pilot study berkaitan dengan topik perkuliahan. Saya merasa lebih percaya diri membuat SLR. Topik paper saya tentang model inquiry, problem-based, dan project based learning pada konteks STEM di K12. Saya mereview sekitar 15 paper pada SSCI WOS yang terbit sejak 2015-2021. Dalam prosesnya saya menggunakan model PRISMA agar proses review dapat dilakukan secara transfaran. Semoga berjalan lancar dan mendapatkan pengalaman yang berharga dan nilai yang bagus karena bobot final project ini lumayan besar (35%).
12. Wednesday, 01 November 2021
Menurut Nonaka knowledge is justified true belief, truth is collective belief among people, all scientific finding should be proven. Knowledge is should be usefull, no matter is correct or not. Ontology is a object, however epistimology is how to learn an object, how do we understand thing, created by people. Ontology: what is an apple, epistimology: how an apple is?, ontology is existing about object, when we desicribing ontology should be avoid language barrier.
Innovation: create and defie problem, develop knowledge to solve it, epistemological, ontological, dimension of knowledge creation.
According Nonaka ada dua untuk mempelajari knowledge yakni tacit knowledge and explicit model, dan empat mekanismenya melalui socialization, internalization, externalization and combination. Epistimological dimention using two elements such as tacit knowledge in practical direction and tacit analogue. Ada konsep double loop learning and single loop learning.
Quality of tacit knowledge: variety and personal commitment,a into bodily experience.
Crystalization is a dynamic cooperative relation, redundancy of information.
The accomulation of meaning is reification (writing down or objectivied all ideas) reification also kond of crystalization, and justification.
Tacit knowledge adalah pengetahuan yang sulit untuk divervalized, sedangkan explicit knowledge lebih mudah di verbalize, sementara schema itu bisa dalam bentuk tacit maupun explicit.
Creative chaos itu ada hubungannya dengan catfish theory, ketika membawa belut dari Taiwan ke Jepang, dengan menambahkan cat fish maka belut akan lebih banyak yang bertahan daripada hanya belut saja, karena belut takut dimakan oleh cat fish. Intinya kita harus melihat ada masalah atau bahaya yang akan mendorong kita untuk bersiap-siap dari bahaya.
Combination adalah mekanisme paling banyak digunakan yakni dengan cara mengkomparasikan semua informasi yang kita terima menjadi satu pengetahuan yang kita yakini. Socialization is interaction process through observation, chat, talk, tacit knowledge is not verbalize, contohnya common sense, menggunakan metaphor (two difference thing having some thing in common), contohnya football coach like bussiness manager, Dalam proses tacit to explicit ada terminologi yang serupa konsepnya yakni stabilizzation of cognitive trail and perspecive independence ratio. Contohnya orang yang bisa menemukan suatu tujuan tanpa bertanya kepada orang lain, atau map dan gps, hanya menggunakan petunjuk naratif yang disediakan. Dalam proses perspecive independence kita akan membutuhkan proses untuk melatih kemampuan kognitif, termasuk ketika menjawab soal dan menyelesaikan masalah. Ketika kita memiliki pengetahuan awal yang cukup maka kita akan lebih mudah mencapai perspective independence.
Menurut ACT Anderson, maka kita menerima pengetahuan dari dunia luar, lalu di encoding masuk ke working memory, disimpan dalam bentuk declarative knowledge pada declarative memory, kemudian dipanggil lagi ke working memory, untuk mendukung productive memory, dieksekusi lagi di working memory, maka begitulah prosesnya. Menurut Nonaka itu tidak ada interaksi antara tacit dan explicit.
Recomended number of group number is 4 to 6. Jika terlalu kecil maka akan kekurangan ide sedangkan jika terlalu besar maka ide akan terlalu complicated.
Bagaimana cara memandu siswa untk mengembankan excecutive fungtion khususnya ketika kehilangan otonomi dalam belajar, khususnya bagi person solo, sedangkan bagi person plus itu bukan masalah.
Ada phicical surounding (books, notebooks, laptop, etc) and social surounding (people, teacher, etc) serta cognitive surounding in his/her mind. Jenis-jenis knowledge antara lain tacit knowledge, explicit, episodic, prosedural, and declarative knowledge.
Fingertip effect adalah efek yang disebabkan oleh adanya informasi yang mudah diperoleh dari sumber, namun kadang membaut malas untuk berpikir dan mengelola pengetahuan dalam pikirannya, atau ia juga malas mencari informasi untuk mengembangkan informasinya. sejarahnya diambil dari kisah anak yang malas untuk mengambil makanan, hanya mau memakan makanan yang dekat dengan mulutnya, akhirnya orang tuannya membuat kue yang melingkar di lehernya, namun faktanya ia hanya dapat memakan kue yang ada di bagian dekat mulutnya, karena tidak mau berusaha untuk memakan kue dibelakangnya.
Decission of learning is distributed among teachers, students, books, notebooks, and so on.
Hari ini kami mendiskusikan dua topik pada buku yang kami jadikan bahan utama dari kuliah ini, khususnya pada chapter 7 The Cambridge Handbook of the Learning Sciences Ch7 – Learning in Activity. Topik kedua berjudul Person-plus: A distributed view of thinking and learning dari Perkins1313
13. Wednesday, 8 December 2021
Kuliah hari ini dimulai dengan presentasi dari professor tentang Learning with activity, dalam pandangan Piaget maka respon harus lebih dulu siap sebelum stimulus hadir, sedangkan dalam Vygotsky teori maka modelnya berbeda, dimana stimulus hadir lebih dulu daripada respon, karena dia yang menjadi subjek aktif dalam mengembangkan learning proses. Dari kedua pandnagan tersebut bahwa setiap ada hubungan antara subjek dan objek, maka ada mediating artifact seperti media, alat dan bahan ajar. Ada banyak mediating artifact seperti rules (aturan dalam berkomunikasi baik antar subjek, maupun dalam keseluruhan sistem), tools and sign, sense, meaning, community (others teacher, principle, administrator). juga ada demand atau kebutuhan dari luaran apa yang dipelajari oleh subjek yang dikenal dengan The structure of a human activity system (Engestrom, 1987, 78).
Dalam learning in acitivity ada expancipity, selain itu ada juga konsep single and double loop learning. Dalam single loop learning prosesnya meliputi perubahan pada variable action strategy and consequences, sedangkan pada double loop learning kita membutuhkan governing variabel.
Dalam single loop learning kita menggunakan pertanyaan bagaimana cara, sedangkan pada double loop learning kita menggunakan pertanyaan mengapa, dengan melibatkan dua variabel, sedangkan pada triplle loop learning kita menggunakan setidaknya tiga pertanyaan, meliputi siapa, mengapa dan bagaimana.
Contoh menarik dari kasus perusahaan Sharp, tahun 1911 pertama didirikan oleh Hayakawa Tokuji, dimana pada awalnya Sharp adalah perusahaan pertama yang membuat barang-barang automotif seperti pencil, tv, radio, laptop komputer. Namun setelah pendiri meninggal tahun 1980, perusahaannya tidak lagi menghasilkan produk baru, melainkan meningkatkan nilai produk, dan akhirnya mereka tidak bisa lagi bersaing, dan kemudian tahun 2016 Sharp diakuisisi oleh perusahaan Foxconn Technology. Sharp mengajarkan kita sebagai personal atau sebagai pebelajar, tentang mengapa kita berada disini, untuk apa, bagaimana cara kita berkembang, mengembangkan kompetensi dan profesionalisme. Kita juga belajar untuk menjadi yang baik dan tepat.
Selanjutnya konsep expansive learning menggunakan pendekatan double loop learning pada objek. Sebagaimana kita ketahui bahwa objek membutuhkan upaya untuk mendapatkannya. Ada beberapa aspek dari objek antara ain apa yang menarik bagi siswa, apa yang dikuasai dan diharapkan instructur, objek yang tidak aktif, dan yang dibutuhkan dalam kehidupan jangka panjang dari sebuah proses belajar. Kita juga membutuhkan learner expansive.
Engstrom mengkritisi framework Nonaka theoris tentang knowledge creation model, menurut Engstrom Nonaka tidak memperhatikan realita bahwasannya orang akan lebih mudah konflik dan problem ketika banyak berinteraksi dengan orang lain, karena biasanya orang akan banyak tidak sependapat. Menurut Engestrom conflict akan sangat mungkin terjadi pada antara subjek, antar kominitas, dan bahkan antar division of labor bahkan sistem yang baru akan berkonflik dengan sistem yang lama. Namun kuncinya setiap kali ada kontradiksi dalam sebuah sistem maka sistem akan meningkat semakin baik. Dalam prosesnya pada single bind ada conflict, dilemma, impase, and paradox.
Selanjutnya ada konsep four patterns of learning yang bertujuan untuk merubah belajar. Ada pattern individu, aktivitas system, activity systems, and individual.
Selanjutnya ada konsep congitive trail yang berhubungan dengan perspective dependence (PD ratio of cognitive trails) sebagaimana pada gambar berikut.
Ada dua konsep penting yakni generality (konsep yang muncul dalam bentuk high perspective dependence) and stabilizzation yang melibatkan hubungan fenomena. Dalam prosesnya kita butuh transport, dan wayfaring. Prosesnya akan terjadi secara alamiah melalui latihan kognitif dalam bentuk diskusi, tanya jawab, membaca dan lain-lain.
Agenda berikutnya adalah membahas personal reflection minggu lalu, kemudian dilanjutkan dengan persentasi dua topik. Topik pertama berjudul: Design-based research: A methodological toolkit for engineering change yang dipresentasikan oleh kelompok 3 dan Project–based learning yang dipresentasikan kelompok 4. Namun kelompok 4 hanya dipresentasikan oleh satu orang. Sedankan minggu lalu oleh dua orang. Profesor memuji performance kedua kelompok hari ini, karena selain menyajikan informasi dari chapater yang harus kami baca, kami juga menambahkan informai dari sumber yang lain. Termasuk informasi tetang statistik DBR dalam trend paper dan bidang yang banyak mengadopsi DBR.
Perbedaan ADDIE dengan DBR adalah dalam ADDIE prosesnya sangat terstruktur karena memang ADDIE berdasarkan teori instructionism, sedangkan dalam DBR prosesnya sangat komplek tidak ada pemisahan, maka dalam prosesnya ada proses iteration proses, desain, implement, revision, and design again. DBR bukan product tapi service, karena DBR tidak menghasilkan produk yang final, melainkan terus melakukan perubahan untuk perbaikan proses belajar. Dalam PjBL sangat berhubungan dengan PBL karena untuk menghasilkan project yang bermutu harus dimulai dengan cukup informasi tentang masalah yang dihadapi. Untuk penelitian case study maka agak sulit menggunakan kuantitatif maka kita harus menggunakan metode kualitatif agar dapat mengcover semua fenomena yang muncul dalam proses riset dan pengamatan. Kita tidak dapat mengambil keputusan hanya dengan menggunakan satu kali pengamatan, maka kita butuh pengulangan. DBR tidak seperti experiment research. Tidak hanya meneliti beberapa variabel, namun mengcover semua variabel dan fenomena yang muncul dalam proses riset untuk mendapatkan hasil yang lebih utuh. Untuk menghasilkan satu hasil study menggunakan DBR maka setidaknya membutuhkan 2 tahun atau setidaknya minimal 3 iteration. Truth ada dalam konteks tidak berdiri sendiri di luar konteks. Semua kebenaran harus disadari bersamaan dengan situasi konteks. Tujuan DBR bukan untuk menyelesaikan masalah, melainkan untuk mengobservasi suatu teori ketika diujikan. Bagaimana fenomenanya tanpa harus menguji kegunaan untuk menyelesaikan suatu persoalan. Petite generalization artinya truth pada suatu konteks dapat dibawa ke konteks yang lain, namun yang bertanggungjawab bukan peneliti sebelumnya, melainkan orang yang mengadopsi hasil pekerjaan dari peneliti tersebut. DBR tidak terjadi di lab, melainkan pada konteks di kelas, di lingkungan belajar. Kemudian kita merevisinya dan mengulanginya kembali secara berulang sampai menemukan simpulan yang utuh atau stabil. DBR merupakan gabungan antara qualitative and quantitative analysis. Tantangan lain dari DBR adalah terlalu banyak data yang complicated. sehingga sulit untuk menjelaskan kekomplekannya tersebut.
14. Wednesday, 15 December 2021
Seharusnya materi kuliah hari ini tentang game based learning, namun karena pembicaranya tidak memungkinkan hadir, maka perkuliahan hari ini menyajikan materi pekan depan tentang learning analytics. Hari ini Prof. Robin mengundang salah satu koleganya yang menyajikan materi tentang learning analytics. Kami juga disarankan untuk membaca chapter 13 terlebih dahulu sebelum datang ke kelas. Berikut outline materi dari chapter 13 tentang educational data mining (EDM) dan learning analytics (LA).
Sangat menarik membaca chapter ini karena jadi faham bagaimana perkembangan dan asal muasal EDM dan LA dan bagaimana potensi riset, kegunaan untuk ilmu pembelajaran dan untuk praktiknya. Di samping itu juga mengenali beberapa tools dan methods yang banyak digunakan untuk melakukan riset dan praktik EDM dan LA.
Hari ini pembicara tamu bernama Jiun, Yu Wu dari NCTU beliau professor dari Institute of Education, topik hari ini tentang Hybrid learning and flipped classroom with Social Media, Its CurriculumDeisgn and Learning Analytis. Beliau merupakan editor board pada beberapa jurnal salah satunya International journal of STEM Education (SSCI) 2017-2020, journal clinical pshycology, and journal of school pscyhology, juga coeditor di frontier psycohology. Bidang ketertarikan risetnya seputar AI in online learning, distraction and inhibition in online learning, cognitive ability in online leanring, teacher student relation, new literacy, yang tergabung dalam applied statistic and machine learning. Labnya beliau dapat diakses melalui laman https://ml2lab.nctu.edu.tw.
Beliau memulai presentasinya mengenai framework researchnya yang menghubungkan antar transmitter channel and receiver, dimana pada bagian chanel terdapat noise yang mengurangi efektivitas dari penyampaian informasi. Beliau menulis beberapa publikasi yang berkaitan dengan topik risetnya dari tahun ke tahun. Selanjutnya beliau menjelaskan materi tentang beberapa generasi manusia dari mulai generasi kolonial sampai milenial (silent generation 1928-1945, Baby Boomers (Born 1946-1964), Generation X (1965-1980), Millenials (1981-1996), Post millenails (1997-present). Berikutnya beliau berbicara tentang personal learning environtment = learner management (open neded) + social media beberapanya antara lain udacity, khanacademy, coursera, edx, itunesU, Google Open Online Educaiton.
Berikutnya ada penjelasan tentang Smart Learning Environment (SLE) = PLE + adaptive learning technologies (ALT) (Spector, 214, and Hwang, 2014), PLE = LM + Social media (Dabbagh & Kitsantas, 2012, Wu, 2015-2019). ALT to meet learners needs and engage them in context aware activitis, social media, MOOCs, etc. SLE with PLE in formal and informal learning. Dabbagh & Kitsantas (2012) yang meneliti tentang goal setting & time management, shared information and social interaction, and learning profile management and evaluation yang didasarkan pada toeri self learning, self monitoring dan self evaluation dari Zimmerman (2002). Learning on-deman learning style meliputi active and SLR.
Beberapa isu yang muncul pada pembelajaran online antara lain technology acceptnve issues, digital distraction, less self regulated, less guidance, and loneliness (Wu, 2021). Secara umum ada empat kategoi dari belajar yakni face to face, blended learning, hybrid, and online learning (Hinterberger et all, 2004). Dalam hybrid learning meliputi face to face learning, on campus, syschronous. Juga melibatkan online learning, asynchronous. Garrison and Kanuka, (2004) merekomentasikan beberapa aspek penting untuk membangun hybrid learning, antara lain support, policy, planning, scheduing, resources. Learning analytics meliputi konsep multimodal student data collection. Minggu depan kita akan ada materi tentang game based elarning bernama Ming Fong Jan. Minggu ini kami direkomendasikan untuk ikut conference tambahan di Taiwan.
15. Wednesday, 22 December 2021
Hari ini Professor Lin mengundang Prof. Minglong Jan dari NCU untuk menyajikan topik kuliah berjudul Learning with Games A Personal Journey. Materi kuliah ini meliputi perjalanan pembicara dalam mendalami dunia Games based learning sejak masih di jenjang PhDnya. Sangat menarik karena pembicara bukan hanya menjelaskan teori tapi juga menjelaskan pengalaman empiris dalam riset berkaitan dengan GBL. Beliau cerita sewaktu masih di Amerika kemudian waktu bekerja di NIE Singapore dan melakukan riset tentang GBL. Selanjutnya beliau pindah ke NCU tahun 2015 juga melakukan riset tentang GBL. Dari cerita pengalamannya beliau terkesan sangat kaya akan pengalaman riset tenang GBL. Sangat cocok apabila ada pembaca yang berminat mendalami bidang tersebut dan mau ambil PhD di Graduate Institute of Learning and Instruction NCU. Namun sebelum mendaftar perlu dipastikan lagi apakah membuka untuk internasional student atau tidak.
Pada akhir sesi professor memberikan kesempatan untuk bertanya. Ada beberapa mahasiswa yang mengajukan pertanyaannya termasuk saya. Kali ini saya bertanya tentang pendapat pembicara mengenai kemungkinan pengembangan game based learning pada dunia metaverse. Hal itu disebabkan karena para pemikir telah berpikir mengenai kemungkinan pengembangan dunia lain selain dunia nyata. Dan game based learning sangat memungkinkan untuk melakukan itu. Karena saat ini sudah banyak para pengembang game yang mengenalkan dunia barunya. Sehingga setiap pemain game dapat memerankan peran baru sebagai orang baru bahkan berbeda dengan orang aslinya. Sehingga di dunia game dikelas sebagai A sedangkan di dunia metaverse dikenal sebagai B. Beliau sangat mengapresiasi pertanyaan saya, dan mengatakan jika saya mengetahui jawaban dari pertanyaan ini maka saya akan menjadi orang yang sangat kaya. Beliau mengaku tidak paham betul tentang design principle untuk konteks dalam metaverse. Namun beliau merekomendasikan sebuah buku yang beliau sebutkan pada bagian awal dari presentasinya. Kita tunggu saja bagaimana penelitian tentang GBL pada konteks metaverse yang mungkin tidak akan lama lagi akan terjadi.
16. Wednesday, 29 December 2021
Kuliah hari ini dimulai dengan membahas personal reflections sebagaimana yang telah diajukan oleh teman kelas dan dijawab oleh para penyaji pada forum yang tersedia. Banyak pertanyaan mengenai DBR dan professor memuji jawaban dari kelompok penyaji. DBR dapat dihentikan ketika masalah sudah terpecahkan dan ketika tidak ada lagi perubahan, namun perbaikan harus terus dilakukan, namun tentu harus ada indikasi capaian telah tercapai. PBL vs PjBL, problem are often complex, vague, and ill defined, namun keduanya sama-sama dalam memecahkan masalah. Project membutuhkan solusi terhadap suatu masalah yang mudah dipahami namun sulit dipecahkan. kadang keduanya terlihat samar. Perbedaannya terletak pada bagaimana desain dan eksekusi dari solusi yang telah direncanakan.
Nilai dari sebuah inovasi adalah sebagus apa kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan memuaskan kebutuhan pengguna. Tidak ada kriteria utama terhadap setiap situasi masalah, namun bergantung pada manifestasi dari masalah itu sendiri. Truth is made not found because the truth is come up by research activities. Sebuah kebenaran ilmiah akan terus diakui sampai muncul kebenaran ilmiah baru yang mematahkan teori yang telah ada. Design based learning is more emphasis on addressing user’s need. Untuk dapat menjadi guru yang fasih dalam melakukan DBR maka setidaknya setiap guru harus be open to multiple interpretations, be sensitive to cues, be patient in revising lesson plans, be throughout.
Selanjutnya professor menjelaskan lebih dalam tentang PBL dan PjBL, menurutnya keduanya memiliki keterkaitan namun fokus aksi yang berbeda. Saat ini termasuk di Taiwan kurikulumnya menekankan pada PBL dan PjBL. Sebenarnya PBL dan PjBL ini lahir dari para pemikiran para learning scientist yang mencoba membuat arah baru dari teori belajar. Dari aspek assessment juga maka ini merupakan arah baru selain standarized assessment.
Kemudian kami mendiskusikan paparan dari kelompok 5 dan 6 tentang conectivism vs conclusion dari buku utama yang kami jadikan sumber belajar. Kelompok 6 menyajikan paper berjudul Connectivism: A knowledge learning theory for the digital age? dari Goldie, sedangkan kelompok 5 menyajikan chapter terakhir (36) dari buku handbook learning science berjudul The future of learning: Grounding educational innovation in the learning sciences dari Sawyer.
Connectivism menjelaskan tentang bagaimana seorang belajar di era digital dengan bantuan teknologi infrormasi. Teori ini dikenal juga dengan pemrosesan informasi, dimana siswa sejatinya tidak harus menghapal semua teori dan pengetahuan karena faktanya semua itu sudah tersedia pada database online yang dapat diakses kaapn saja. namun banyak kritik terhadap toeri ini karena dianggap terlalu individual tanpa menekankan hubungan interpersonal pembelajar. Untuk melihat perbedaan antara toeri yang telah dengan connectivism maka dapat melihat gambar berikut.
Untuk paper dari kelompok 5 tentang simpulan yang disjaikan oleh Sawyer, maka dapat kita lihat beberapa perbedaan antara existing school and pandangan learning scientist
Apa yang di challenge oleh teori connectivism? pertama karena ini eranya internet dan informasi, dimana informasi sangat banyak tidak mungkin semua dapat diingat dalam otak manusia, maka peru ada connectivism, namun untuk dapat mencapai hal tersebut siswa harus tahu bagaimana cara mengkoneksikan antara node agar dapat belajar secara efisien. Connectivism is not only about connecting the concept, but also need understanding about the concept it self, so better understandanding about the concept, it will more beneficial to better connection.
Beberapa prinsip connectivism (Siemens, 2005) yang memandang bahwa learning and knowledge rest in diversity opining, knowledge is viewed as a process, fluid and dynamic flowing trhough networks of human and theirs artifacts. Knowledge resides within networks, without any individual necessarilty possessing it, and it can be stored in a variety of digital formats. Dalam teori connectivism patern adalah kunci utama, karena dengan Patern kita dapat membentuk gambar besar dari gabungan gambar kecil, bahkan gambar besar memiliki arti yang berbeda dengan gambar kecil yang disusun.
Beberapa prinsip pendidikan di Finlandia, teach less, test less, learn more, adapun teacher roles antara lain virtual teachers, master teachers, profesonal teachers, teacher new job in the future antaa lain learning fitness instructur, persnal education advisor, community intelligencecartographers, education surveyors, social capital platform developers, learning journey mentors, assessemtn deisgners. Tahun 2050 sangat mungkin tidak ada kampus fisik lagi. Siswa dapat keluar dari sekolah kapan saja, tidak ada keharusan siswa disekolah pada jumlah jam tertentu. Siswa dapat ke sekolah ketika mereka butuh diajari sesuatu. Tidak butuh gelar yang penting bisa masuk ke dunia lapangan. Pertanyaan yang penting dipikirkan adalah apakah model kompetisi harus diterapkan disekolah? untuk apa? mengapa harus diterapkan? Tidak ada inovasi yang dapat memuaskan semua pihak, selalu ada konfrontasi terhadap semua inovasi.
Minggu depan jadwal kami untuk mempresentasikan final project masing-masing, kelompok 3, 4 dan 6 kebagian urutan pada minggu ke 17 sedangkan kelompok 2, 5 dan 1 pada minggu ke 18. Kami diminta presentasi kemudian untuk format dokumennya diunggah maksimal pada tanggal 14 January 2021 bersamaan dengan revisi PPT, dan personal learning journal.
17. Wednesday, 05 January 2022
Hari ini pekan ke 17, waktunya kami mempresentasikan final project kami berhubungan dengan salah satu topik dari mata kuliah ini. Ada 12 mahasiswa yang mempresentasikan laporannya dari kelompok 3, 4 dan 6. Sedangkan sisanya akan presentasi minggu depan. Har ini saya mempresentasikan topik tentang SLR dari IBL, PBL, dan PJBL dari database scopus. Sengaja saya pilih scopus karena datanya lebih banyak dibandingkan WoS. Dari 3 topik yang saya kaji ada 101 artikel yang potensial untuk dianalisis satu persatu. Namun berhubung waktunya terbatas, hari ini saya hanya menyajikan tiga point yakni tren riset, learning design yang banyak dilaporkan, sama learning goals yang banyak dilaporkan para peneliti dan praktisi. Hasilnya cukup menarik, dan nanti dapat dibaca kalau naskahnya sudah diterbitkan. Semoga diberikan kekuatan untuk menyelesaikan dalam bentuk artikel ilmiah. Alhamdulillah ada 4 siswa yang bertanya berkaitan mengapa STEM bukan STEAM, mengapa menggunakan SLR, bagaimana perbedaan konteks berdasarkan area, misalnya stem di us, dan di uk, atau luar US, juga bertanya tentang research contexts and participants. Dosen memberikan masukan agar pertanyaan penelitiannya diarahkan lebih kepada perbedaan learning design dari waktu ke waktu, perbedaan learning goals, dari waktu ke waktu, fokus dari masing-masing model, karena biasa jadi seiring berjalannya waktu hasilnya akan berbeda, penjelasan tentang perbedaan inti antara IBL, PBL, and PJBL dalam konteks STEM learning juga harus ditekankan. Saya akan menambahkan beberapa RQ pada final project versi paper untuk diunggah minggu depan. Semoga diberikan kelancaran karena pastinya dibutuhkan banyak bacaan.
18. Wednesday, 02 January 2022
Alhamdulillah akhirnya kami sampai di penghujung kelas, penghujung perjalanan dari mata kuliah FLS ini. Ada banyak pengalaman berharga yang kami dapat, tentang bagaimana dosen merancang perkuliahan, mengaktifkan kami untuk berproses, berdiskusi, mengembangkan kapasitas melalui serangkaian tugas yang banyak, serta pengalaman dari final project, Hari ini ada 12 mahasiswa yang presentasi hasil kerjaannya. Hampir semua presenter menyajikan dalam bahasa Mandarin, hanya sebagian kecil yang menyertakan slide dalam bahasa Inggris. Agak sulit bagi saya untuk dapat mencerna apa yang mereka presentasikan. Namun yang pasti ada beberapa teman yang mendapatkan tepuk tangan meriah, dan biasa saja. Ada juga yang mengundang gelak tawa, namun lebih banyak disajikan dan ditanggapi dengan serius. Alhamdulillah akhirnya saya berkesempatan bertanya karena ada salah satu teman kami yang presentasi menggunakan bahasa Inggris.
Bersamaan dengan saya menulis pada bagian pekan ke 18 ini, saya masih berproses dengan tugas akhir yang saya buat. Dalam beberapa hari terakhir saya mengerjakan hingga larut pagi, kemarin saya tidak tidur semalaman, dan baru bisa tidur jam 7-11.30 pagi. Tadi subuh saya baru tidur jam 4 sampai waktu subuh, setelah itu kembali melanjutkan pekerjaan. Alhamdulillah sampai dini hari tadi, tulisan saya sudah rampung dan sudah diterjemahkan. Saya tidak menyangka dapat menyelesaikan final project dalam bentuk SLR menghasilkan sebanyak 7000 kata isi kajian disertai tabel data dan gambar yang saya sarikan dari 88 paper yang saya review. Ada lima pertanyaan penelitian yang dibahas dan diuraikan. Pagi ini saya lanjutkan untuk proses grammarly. Lalu siang ini pengecekan tabel dan gambar, serta penggunaan APA style format dan pengecekan plagiasi menggunakan Turnitin, mengingat dosen meminta kami mengecek terlebih dahulu. Semoga diberikan kelancaran agar nanti malam semua kerjaannya dapat dikumpulkan. Alhamdulilah nilainya dapat A+. Semoga berkah.
Hsinchu, 12 January 2022