Malang, 21 Oktober 2025 — Hari ini saya mendapat kesempatan berharga menjadi narasumber dalam kuliah umum bertema “Peran Literasi Digital dalam Inovasi Pendidikan” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Timor (Unimor). Acara ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III, Dr. Marseanus Faloh, M.Si, dan dilaksanakan secara tatap muka di Kampus Unimor. Sementara itu, saya sendiri hadir secara virtual dari Malang.
Dalam kuliah umum tersebut, saya membagikan pandangan tentang pentingnya literasi digital sebagai fondasi utama dalam mengembangkan inovasi pendidikan di era transformasi digital. Sebagai dosen Teknologi Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, sekaligus Ketua Bidang Tata Kelola dan Manajemen Risiko di Badan Pengawasan Internal UM, saya merasa penting untuk menekankan bahwa kemampuan digital tidak sekadar soal teknis, tetapi juga mencakup pemahaman makna, etika, dan tanggung jawab dalam penggunaannya.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 150 mahasiswa aktif Pendidikan Biologi Unimor, para dosen, serta tamu undangan. Suasananya sangat interaktif dan penuh semangat. Saya menjelaskan empat dimensi literasi digital, cara pengukurannya, serta tantangan dan etika dalam praktik inovasi pendidikan. Saya sampaikan bahwa “Literasi digital bukan hanya tentang bisa menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana memahami makna, etika, dan tanggung jawab dalam penggunaannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.”
Saya juga menyoroti pentingnya growth mindset bagi mahasiswa maupun dosen. Di tengah perubahan cepat dunia digital, kita perlu terus beradaptasi tanpa kehilangan nilai-nilai akademik dan moral. Saya percaya bahwa pembelajaran harus menjadi prioritas utama dalam setiap pemanfaatan teknologi pendidikan. “Kita perlu memiliki pola pikir belajar yang terus bertumbuh—selalu ingin berkembang dan terbuka terhadap perubahan, namun tetap berpegang pada prinsip etika,” demikian yang saya tekankan.
Sesi diskusi berlangsung sangat menarik. Banyak pertanyaan diajukan, bahkan dari para dosen yang turut hadir. Saya menutup sesi dengan mengutip pandangan Dr. Liz Kolb: “learning first, technology second.” Prinsip ini saya yakini sebagai panduan penting dalam setiap langkah inovasi pendidikan — bahwa teknologi seharusnya menjadi sarana untuk memperkuat pembelajaran, bukan menggantikannya.
Dokumentasi: https://drive.google.com/drive/folders/12N89eoBe5xEWQOgJmOn7J4zWiXeC0yAU?usp=sharing