Rekan-rekan yang berbahagia, pada tulisan ini saya mau berbagi cerita bagaimana akhirnya saya bisa memperoleh beasiswa Elite Ph.D dari NTHU Taiwan. Tulisan ini saya buat karena ada beberapa permintaan dari dari rekan-rekan yang penasaran mengenai biaya studi saya di NTHU. Maklum saya orang kampung yang serba pas-pasan, untuk biaya studi di luar negeri kalau tidak pakai beasiswa rasanya butuh waktu lama untuk menabung.
Pada tulisan sebelumnya, saya sudah cerita tentang bagaimana proses pendaftaran hingga akhirnya diterima. Nah, sekarang fokus kita lebih ke bagaimana dengan beasiswanya. Jadi, Taiwan ini memang salah satu negara primadona bagi para pencari beasiswa dari beberapa negara berkembang seperti negara-negara di Asia Tenggara. Taiwan punya kebijakan yang sangat baik agar setiap perguruan tingginya memberikan beasiswa kepada mahasiswa Internasional, dan setiap perguruan tinggi di Taiwan semacam diberi target minimal persentase jumlah mahasiswa asingnya. Dan kebijakan itu sangat mendukung target perguruan tinggi Taiwan berkelas internasional. Karena salah satu komponen penting dari penilaian kampus pada skala internasional adalah persentase jumlah mahasiswa asing. Saya kira kampus-kampus di Indonesia harus berani mengadopsi kebijakan semacam ini.
Agar peminat mahasiswa asing meningkat, maka caranya mereka menawarkan berbagai jenis beasiswa. Beberapa jenis beasiswa Taiwan yang saya ketahui ada yang langsung diberikan oleh pemerintah kepada para penerima yang telah lolos seleksi, ada juga beasiswa yang diberika melalui perantara kampus tempat mahasiswa tersebut studi. Nah saya sendiri masuknya kelompok penerima beasiswa yang melalui kampus, kalau orang bilang beasiswa kelas ekonomi, karena memang dari sisi jumlahnya terbilang ngepas-ngepas. Tapi, apapun itu, alhamdulillah harus disyukuri. Tuhan maha baik.
Jadi, beasiswa saya ini namanya Elite Ph.D Scholarship. Dari namanya bisa kita tebak bahwa beasiswa ini hanya untuk mahasiswa Ph.D. Dan syaratnya hanya ada 2, pertama sudah dinyatakan lolos sebagai mahasiswa Ph.D di kampus dalam hal ini NTHU, syarat kedua adalah menyertakan surat keterangan bahwa kita berprofesi sebagai dosen/instruktur yang dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangni oleh dekan/rektor/ketua lembaga. Contohnya seperti ini. Beasiswa Elite Ph.D ini hampir ada pada semua perguruan tinggi di Taiwan khususnya perguruan tinggi negeri (saya belum riset lebih jauh untuk kampus-kampus swasta).
Syarat kedua mungkin tidak terlalu sulit, karena tinggal minta surat terus kita kirimkan, adapun syarat pertama lumayan butuh upaya, dari mulai kita menyiapkan berkas pendaftaran, melakukan proses pendaftaran sampai kita diterima. Mengenai hal ini rekan-rekan dapat membaca tulisan saya sebelumnya yang dapat di akses melalui tautan ini atau pada tautan ini juga.
Untuk mendapatkan kesempatan memperoleh beasiswa maka pada waktu kita mendaftar, kita harus menyatakan kesediaan untuk ikut melamar beasiswa yang ditawarkan, artinya hanya dengan mencentang pernyataan kita diberikan kesempatan untuk dapat beasiswa. Semudah itu ya hehe, maksud saya kalau kita tidak melakukan proses centang tersebut, bisa jadi kita tidak diberikan kesempatan. Dengan demikian syarat mendapatkan beasiswa di NTHU dan semua kampus Taiwan rata-rata sama dengan syarat masuk kuliahnya.
Namun, perlu diperhatikan agar kita dapat diterima diperguruan tinggi yang kita minati, maka kita harus memastikan semua persyaratannya kita penuhi. Seperti syarat minimal IPK, syarat minimal kemampuan bahasa asing yang dibuktikan dengan sertifikat. Bahkan untuk studi Ph.D. ditambah syarat proposal riset, rencana studi, pengalaman riset dan publikasi, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Kita juga sebaiknya sudah menemukan calon supervisor dan sudah mendapatkan pernyataan kesediaan dari yang bersangkutan untuk membimbing studi Ph.D kita. Artinya syarat pertama untuk dapat beasiswa merupakan tantangan tersendiri. Untuk studi Ph.D di luar negeri yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan bahasa asing yang baik, namun juga pengalaman riset dan publikasi yang mumpuni. Karena tidak sedikit calon supervisor yang tidak berkenan menjadi pembimbing ketika kandidat mahasiswanya belum memenuhi kriteria minimal yang mereka butuhkan. Terlebih khusus untuk daftar ke Taiwan, kita harus mengurus legalisir ijazah dan transkrip ke Kemenlu, Kemendagri, dan TETO Jakarta. Jadi memang butuh usaha yang cukup menantang. Kadang hal-hal ini yang membuat banyak orang menyerah dalam prosesnya.
Waktu pengalaman saya, setelah saya dinyatakan lulus pendaftaran, maka beberapa minggu kemudian saya dinyatakan lolos beasiswa NTHU tipe A, yakni beasiswa free SPP dan Credits fee, dan dapat uang bulanan sebesar 10.000 NTD, ada juga yang lain yang dapat tipe B, biasanya free SPP dan Credits Fee, namun uang bulanannya hanya 5.000. Ini ceritanya untuk master dan Ph.D, untuk yang sarjana sepertinya uang bulanannya 5.000, atau ada juga yang hanya diberikan free SPP dan credits fee.
Beberapa minggu setelah saya dinyatakan lolos beasiswa NTHU tipe A, saya ditawari beasiswa Elite Ph.D yang nominalnya 25.000.bulan namun SPP dan credits fee harus kita bayar sendiri dari beasiswa tersebut. Syaratnya yang tadi sudah saya ceritakan yakni lolos pendaftaran dan dapat menyertakan surat keterangan sebagai dosen/instruktur di perguruan tinggi negara-negara Asia Tenggara. Setelah saya proses, saya kirim berkasnya, ini prosesnya kirim berkas via email dengan bagian pengelola beasiswa di NTHU.
Sambil menunggu hasil pengumuman beasiswa Elite keluar, saya juga ditawari beasiswa MOST. Beasiswa ini nominalnya lebih besar yakni 40.000 NTD perbulan. Perbedaan antara beasiswa Elite dengan MOST adalah dari sumber pemberi dananya. Jika beasiswa Elite dari Menteri Pendidikan (MoE), sedangkan beasiswa MOST dari Menteri Sains dan Teknologi. Setelah menunggu sekian minggu akhirnya muncul pengumuman bahwa saya dinyatakan lolos beasiswa Elite. Jumlah penerimanya hanya 3 orang, saya dari Indonesia, serta ada satu dari Thailand dan satu agi dari Malaysia. Namun sayangnya sampai saat ini saya belum menerima pengumuman hasil beasiswa MOST. Dugaan saya mungkin saya tidak dapat, dan saya diberikan beasiswa Elite, tapi ya sudahlah. Semua yang terbaik.
Memang tantangan dari kedua beasiswa tersebut agak berbeda, makanya nominalnya juga berbeda. Kalau beasiswa elite kita hanya diminta IPK minimal 3.42. sedangkan penerima beasiswa MOST IPK minimal 3.76. Dan syarat awalnya juga pada transkrip S2 IPKnya wajib lebih dari 3,76 (saya waktu itu 3,94), di samping itu juga harus ada rekomendasi dari supervisor yang menerangkan keunggulan dari kandidat pelamar.
Setiap kita dinyatakan lolos seleksi beasiswa, beasiswa kita diminta menandatangani surat pernyataan yang berisi hak dan kewajiban yang harus kita sadari sebagai penerima beasiswa. Di dalamnya dijelaskan secara detail tentang hak masa penerimaan beasiswa, kapan beasiswa cair, kewajiban yang harus kita penuhi, kemudian dan hal-hal yang harus dihindari agar beasiswa tidak dicabut. Dokumen tersebut harus kita print, kemudian kita tandatangani, kita scan dan kita kirim kembali ke email pengelola beasiswa. Contohnya seperti ini.
Dugaan saya, karena bidang keilmuan saya dan department yang saya masuki masih seputar bidang pendidikan, sehingga pihak pengelola beasiswa memilihkan saya untuk menerima Elite yang sumber dananya dari Kementerian Pendidikan. Mungkin jika bidang saya adalah saintek, dan departemen yang saya masuki juga saintek, peluangnya lebih besar. Tapi entahlah, mudah-mudahkan ke depan masih ada kesempatan untuk dapat tambahan beasiswa amin.
Ada beberapa yang bertanya, mengapa tidak daftar beasiswa LPDP? jujur saja saya minat dengan beasiswa LPDP, sayangnya momennya tidak tepat, jadi tahun 2020 itu gara-gara pandemi, sehingga LPDP tidak membuka pendaftaran beasiswa ke luar negeri. Setahu saya hanya untuk beasiswa dalam negeri. Di samping itu beasiswa dikti yang untuk dosen terakhir tahun 2019, sehinga pas saya mau kuliah tidak dibuka lagi.
Alasan lainnya, saya pikir lebih baik dapat bantuan dari negara luar yang sudah lebih maju, biar tidak membebani negara sendiri. Biar yang lain yang lebih berhak untuk mendapatkannya. Toh semuanya untuk kebaikan bangsa, ketika kita sudah selesai studi, kita pasti kembali mengabdi untuk negeri. Semuanya pasti yang terbaik, asal kuliah niatnya nyari ilmu untuk memajukan bangsa, bukan nyari uang dari beasiswa. Beasiswa sebagai wasilah agar mencari ilmu lebih mudah. Bismillah.
Simpulan, untuk teman-teman yang mau studi master maupun Ph.D di luar negeri, menurut saya Taiwan adalah pilihan yang tepat, selain sebagian kampus disini bereputasi internasional, juga pemerintah dan kampus menawarkan banyak beasiswa. Sehingga bagi yang tidak punya pundi-pundi yang cukup, bisa melamar dan mendapatkan beasiswa dari Taiwan. Kuncinya hanya satu, mau atau mau banget?.
Yang paling akhir, saya mau menyampaikan terima kasih kepada para guru, dosen dan ustadz serta keluarga dan teman-teman juga atasan dan rekan kerja atas semua dukungannya sampai titik ini, tanpa peran serta mereka semua, belum tentu saya sampai di titik ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kita, amin YRA.
Demikian semoga bermanfaat dan menginspirasi untuk para pembaca sekalian.
Nb: Biasanya beasiswa ini untuk akhir tahun agak telat cairnya, mungkin dipengaruhi oleh situasi pandemi, saya kira semua negara melakukan banyak penyesuaian anggaran belanja negara. Dengan demikian kita harus punya pegangan sejumlah uang (60-70 juta di luar untuk karantina mandiri) untuk cadangan bayar SPP, Credits fee, biaya asrama, dan biaya hidup sampai beasiswa cair. Informasi dari kantor pengelola beasiswa, konon beasiswanya akan cair akhir tahun atau awal tahun 2021.
Hsinchu, 16 November 2020 (jam 13.00-14.00)