Malang, 30/10/2025. Diakhir Oktober 2025, saya berkesempatan mengikuti pelatihan selama tiga hari bersama Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA) pada 28–30 Oktober 2025 di Hotel Ijen Malang. Hal ini menjadi menjadi pengalaman berharga bagi saya sebagai bagian dari tim Badan Pengawasan Internal (BPI) UM. Sejak awal, saya sudah mengetahui bahwa pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kompetensi auditor melalui aspek komunikasi, analisis data, dan penyusunan laporan audit. Namun, berada langsung di dalam proses pembelajaran bersama para ahli membuat saya menyadari bahwa dunia audit bukan hanya tentang angka dan temuan, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan informasi secara tepat, etis, dan membangun kolaborasi dengan auditee.
Pada hari pertama, saya mengikuti sesi materi bertajuk Teknik Presentasi dan Komunikasi Audit yang Efektif yang dipandu oleh Estherina Parasibu. Beliau menekankan bahwa seorang auditor tidak cukup hanya memahami temuan audit, tetapi harus mampu mengomunikasikan hasilnya secara jelas, persuasif, dan tetap menjaga hubungan profesional dengan auditee. Yang paling saya sukai dari sesi ini adalah bagian role play, di mana kami berlatih melakukan dialog dengan auditee seolah-olah sedang menghadapi situasi audit nyata. Momen tersebut membuat saya sadar bahwa komunikasi audit bukan sekadar menyampaikan data, tetapi juga membangun rasa percaya dan sikap saling menghargai.
Memasuki hari kedua, suasana pelatihan semakin teknis namun tetap menarik. Materi Analytical and Auditing Skills dibawakan oleh Ika Gunawan, seorang praktisi audit yang sangat detail dalam menjelaskan proses analisis data. Kami belajar bagaimana membaca pola dalam data audit, menilai risiko, hingga menarik kesimpulan yang benar-benar berbasis bukti. Sesi simulasi kelompok menjadi bagian paling menantang, karena kami diminta menganalisis kasus audit yang kompleks dan menyusun rekomendasi. Dari sini saya semakin memahami bahwa ketelitian dan kemampuan berpikir kritis adalah dua pilar utama dalam pekerjaan auditor internal.
Hari ketiga menjadi penutup rangkaian pelatihan dengan fokus pada Pelatihan Teknik Penyusunan dan Reviu Laporan Audit yang Efektif yang disampaikan oleh Andillo Tampubolon. Tidak hanya teori, sesi ini langsung dipraktekkan melalui studi kasus laporan audit yang harus kami telaah dan perbaiki berdasarkan prinsip ketepatan, kejelasan, konsistensi, dan objektivitas. Melalui latihan ini, saya belajar bahwa laporan audit bukan sekadar rangkuman temuan, tetapi dokumen strategis yang harus mampu mengarahkan perubahan dan pengambilan keputusan di tingkat manajerial.
Tiga hari pelatihan ini bagi saya bukan hanya agenda peningkatan kompetensi, tetapi juga bentuk pembaruan cara pandang terhadap profesi auditor internal. Melalui materi yang saling berkesinambungan—komunikasi, analisis, hingga pelaporan—saya merasa semakin siap menjalankan peran sebagai auditor yang tidak hanya memeriksa, tetapi juga memberi nilai tambah bagi tata kelola di UM. Saya kembali dari pelatihan ini dengan motivasi baru: menjadi auditor yang cermat, komunikatif, dan mampu menghasilkan laporan yang berdampak, bukan sekadar formalitas.