Makan Siang dan Ngobrol Bareng Presiden NTHU

Foto bersama Presiden NTHU

Salah satu program bagus yang dilakukan oleh Pimpinan NTHU adalah makan siang bareng dan diskusi secara langsung dengan presiden/ rektor. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan, hanya 10 orang yang dipilih dari semua pendaftar. Secara teknis akan ada penawaran melalui email, kemudian kita mengisi form pendaftaran dan menyertakan masalah atau pertanyaan yang mau diajukan secara langsung kepada presiden. Setelah itu panitia memilih siapa yang berhak diundang untuk bertemu, makan siang bareng dan diskusi selama dua jam (12.00-14.00).

Saya tidak tahu apa kriteria yang paling menentukan pendaftar kemudian dipilih, karena jumlah yang dipilih hanya 10 orang. Artinya dalam 12 bulan hanya ada 120 mahasiswa yang akan berkesempatan. Tapi apapun itu, saya sangat mengapresiasi program bagus ini, mungkin tidak salah jika di adopsi oleh para rektor, dekan, dan kajur di tanah air. Para mahasiswa yang terpilih dapat menyampaikan secara langsung masalah yang dihadapi termasuk komplain jika memang perlu disampaikan kepada pimpinan.

Sebagaimana pertemuan siang ini, dari 10 orang yang diundang, 9 orang rata-rata menanyakan dan mendiskusikan persoalan yang dihadapinya, mulai dari masalah beasiswa, fasilitas olahraga, kemudian pengelolaan sampah, jumlah sepeda bekas yang mengganggu keindahan, kemudian area parkir mobil yang terbatas sehingga banyak yang parkir di pinggir jalan, performance dosen, masalah kiriman email harian yang dianggap mengganggu dan perlu dibuat sistem lain yang lebih menarik dan lain-lain. Semua pertanyaan dijawab langsung oleh presiden. Maksud saya, jika ini dilakukan juga di Indonesia, mungkin demo dan viral tagar komplain di twitter bisa diantisipasi lebih dini.

Dari 10 orang yang diundang, ada 3 mahasiswa asing yakni satu dari China, dan 2 dari Indonesia, selebihnya dari Taiwan. Sehingga pembicaraan kami 70% dalam bahasa China, kecuali ketika kami dari Indonesia yang mengajukan pertanyaan, maka presiden menjawabanya dengan bahasa Inggris. Namun demikian, saya dapat memahami semua diskusi karena ada penerjemah yang membantu kami yang belum fasih bahasa China.

Presiden NTHU yang saat ini menjabat bernama Prof. Hong Hocheng, Ph.D., dari Department Mechanical Engineering. Beliau lulusan S1 NTU Taiwan, kemudian Master di German, dan Ph.D. di Amerika. Teman-teman dapat membaca sekilas profilnya di tautan ini. Beliau sangat pakar di bidangnya, hal itu dapat kita lihat dari profil publikasinya di data base Scopus. Saat ini ada 192 publikasi, dengan 5.696 sitasi dan h-indeks 40. Ini tentu bukan angka yang kecil, sangat fantastis.

Presiden sedang menjawab pertanyaan

Kembali ke cerita waktu ngobrol dengan presiden, setiap mahasiswa mengajukan pertanyaan, komplain, keluhan, dan saran. Kecuali saya, karena jujur saja, waktu mengisi form pendaftaran saya sedikit bingung untuk mencari persoalan atau keluhan. Sejauh ini saya merasa baik-baik saja. Namun saya berpikir hal lain, dan saya tertarik untuk mendalami ini, yakni tentang pengalaman presiden waktu menjabat sebagai presiden NTHU selama 2 periode. Akhirnya saya bertanya tentang bagaimana pengalaman presiden dalam mengelola semua sumber daya dan bagaimana caranya agar sebuah universitas bisa menjadi besar dan mendapatkan predikat yang bagus di mata internasional.

Beliau memberikan jawaban bahwa secara umum kita perlu memiliki dua modal utama yakni idea, dan money. Menurutnya kita tidak bisa berkilah bahwa uang itu ibarat darah dalam tubuh. Artinya jika kita memiliki uang yang memadai, maka kita akan dapat mendanai semua kebutuhan kita, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Semua lab membutuhkan uang, semua program membutuhkan uang, semua fasilitas membutuhkan uang, dan untuk menghasilkan luaran yang bagus juga butuh uang.

Beliau mencontohkan beberapa kampus bagus di Eropa, di Amerika, rata-rata mengalokasikan dana yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan mahasiswanya. Perhitungannya jumlah dana permahasiswa pertahun. Ada perguruan tinggi yang mengalokasikan lebih dari 100.000 USD/mahasiswa, ada yang berkisar antara 50-70 ribu USD/mahasiswa. Di Taiwan kisaran 20ribu USD/tahun. Menurutnya ini masih lebih kecil dari alokasi beberapa kampus di Jepang, Korea dan Singapura. Dari mana uang itu diperoleh? setidaknya dari pemerintah, dari mahasiswa dan dari sumber lain. Masing-masing negara memiliki persentase anggaran untuk perguruan tinggi.

Modal yang paling utama selain uang adalah ide. Beliau mengklaim NTHU memiliki ide yang lebih bagus dari kebanyakan kampus lain di Taiwan. Ide yang menjadi keunggulan NTHU saat ini adalah program lintas disiplin keilmuan. Menurut hasil survei alumni NTHU sebesar 27% memiliki kepakaran yang lebih banyak dibanding kampus lain yang rata-rata hanya 10%. Hal itu karena NTHU telah menerapkan lintas disiplin dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh, bidang sosial, bidang penddikan, bidang seni, dibekali juga kompetensi bidang IT, sehingga ketika lulus alumni memiliki nilai tambah yang bisa menjadi daya tawar di lapangan.

Hal lain yang harus diperhatikan agar menjadi perguruan tinggi yang unggul adalah kemampuan kampus dalam menjawab tantangan di masyarakat. Menurutnya saat ini kemajuan perekonomian sangat dipengaruhi oleh teknologi. Sehingga alumni perguruan tinggi harus dibekali kemampuan menerapkan teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kampus harus mampu menyajikan rancangan kurikulum yang aktual, dan kontekstual dengan kebutuhan di lapangan.

Setelah beliau menjawab pertanyaan pertama, saya juga bertanya tentang pengalaman beliau dalam mengelola tugas kuliah, keluarga, pekerjaan waktu beliau studi master di Jerman da Ph.D. di Amerika. Namun ternyata masalahnya sedikit berbeda, karena waktu beliau studi di Jerman dan di Amerika, beliau bisa membawa istrinya, dan waktu itu mereka belum memiliki anak. Jadi agak sedikit berbeda tantangannya. Namun beliau memotivasi agar saya belajar lebih giat supaya bisa lulus lebih cepat, kalau bisa waktu kuliah tidak lebih dari 3 tahun agar segera kembali berkumpul dengan anak dan istri.

Orangnya sangat ramah

Kalau saya tidak salah, sepertinya beliau menghabiskan waktu tidak kurang dari 15 menit untuk menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Beliau menjelaskannya dengan sangat rinci. Bahkan di awal ketika saya bertanya, beliau merespon bahwa ini pertanyaan yang menurutnya sangat menarik. Mungkin karena sangat berbeda dari pertanyaan yang diajukan mahasiswa lain.

Secara umum itulah cerita pengalaman saya waktu makan siang bareng dan diskusi secara langsung dengan presiden NTHU, setelah selesai saya minta ijin berfoto dan beliau sangat terbuka. Beliau juga menyarankan agar saya mengajak kolega di Indonesia khususnya di UM untuk kuliah di NTHU. Terima kasih presiden. Semoga sehat dan bahagia selalu.

Hsinchu, 21 January 2021, 15.41

3 Replies to “Makan Siang dan Ngobrol Bareng Presiden NTHU”

  1. Cerita dan pengalaman yang Pak Ence tulis sangat bermanfaat. Menginspirasi untuk kuliah lanjut ke luar negeri. Ditunggu cerita tentang research PhDnya.

Comments are closed.