Kuliah Digital Divide and Digital Opportunity (Spring 2021)

Pertemuan 1 (Rabu, 24/02/2021)

Hari ini kuliah perdana Digital Divide and Digital opportunity salah satu mata kuliah yang saya ambil dari program sarjana di Dept. of Education and Learning Technology. Di NTHU mahasiswa doktor dapat mengambil mata kuliah di program master (graduated program), bahkan di program sarjana. Dengan ketentuan untuk mata kuliah di program sarjana atau mata kuliah berbahasa China untuk program internasional adalah maksimum 6 sks atau 2 mata kuliah. Jika lebih, maka kelebihannya tidak bisa diperhitungkan sebagai syarat untuk kelulusan di samping syarat lainnya yakni thesis dan publikasi.

Saya tertarik mengambil mata kuliah ini karena salah satu mata kuliah di DELT yang disajkan dalam bahasa Inggris, mata kuliah lainnya kebanyakan in Chinese. Jumlah mahasiswanya tidak banyak hanya ada 5 orang dan itu merupakan syarat minimal sebuah kelas bisa dibuka. Di tempat saya kerja (UM), jumlah mahasiswa minimal 15 untuk sebuah kelas bisa dibuka. Mata kuliah ini mengantarkan kami untuk memahami tentang konsep, teori, contoh praktis, dan peluang pengembangan dan implementasi serta evaluasi dari pemisahan digital dan peluang digital di masa lalu, kini, dan masa depan.

Kulianya disajikan dalam model kelas seminar, sehigga penyaji di kelas bukan hanya dosen pengampu tapi juga mahasiswa. Karena jumlah kami tidak banyak, maka tugas akan diberikan secara individual. Pertemuan pertama dosen memperkenalkan diri dan aturan kuliah serta penugasan yang harus kami lakukan selama satu semester. Kami diberi beberapa tugas antara lain mengkaji persoalan digital devide di beberapa negara berkembang, dan menyajikannya di kelas, kemudian melaksanakan kegiatan field trip ke digital opportunity center, dan di akhir melakukan pengkajian melalui interview, dan menyusun laporan mengenai topik yang dipilih berkaitan dengan kasus digital devide pada konteks hari ini.

Pertemuan 2 (Rabu, 3/3/2021)

Ini pertemuan kedua kami, pada hari ini dosen menjelaskan tentang konsep digital divide. Kami ada sedikit khawatir jika kelas ini akan di cancel karena satu teman kami tidak hadir, namun setelah dikonfirmasi mahasiswa yang bersangkutan hanya tidak masuk kelas dan akan tetap melanjutkan kelasnya. Salah satu hal yang menarik dari desain sajian kurikulum di NTHU (mungkin di semua kampus Taiwan) adalah adanya sesi add and drop mata kuliah pada pertemuan 1 dan 2. Artinya ketika dipertemuan pertama kita merasa kurang pas dengan spesifikasi kelas dan materi yang akan diajarkan, maka kita bisa drop kelasya, dan mencari kelas lain. Baru setelah itu kelas akan fix, dan kita masih boleh membatalkan kelasnya sampai pertemuan ke 9, biasanya ketika seorang mahasiswa merasa tugasnya terlalu berat, bedanya kalau sudah pertemuan 9, maka uang sks yang sudah dibayar tidak dapat diambil kembali, berbeda dengan ketika add and drop session.

Pembahasan kuliah pada pertemuan ini lebih banyak panyajian dan tanya jawab. Pertama mengenai konsep digital divide, dalam arti sederhana dimaknai sebagai suatu kondisi pada seseorang, maupun kelompok yang disebabkan adanya perbedaan kemampuan akses dan menggunakan teknologi dengan yang tidak. Makna lainnya adalah ketidaksamaan informasi, perbedaan pengetahuan, dan partisipasi seseorang atau kelompok pada sumber informasi.

Lebih spesifik dapat dibedakan berdasarkan who, orang, kelompok, organisasi, masyarakat, bahkan negara. Dengan karakteristik yang berbeda. Bagaimana, perihal akses, kemampuan dan penggunaan. To what tech? bisa ke computer, smartphone, atau bahkan internet. Faktanya 60% penduduk bumi masih belum terjangkau akses internet yang memedai, namun sejak pandemi sepertinya datanya sudah berubah. Di samping itu juga ada masalah harga yang sangat mahal untuk dapat mengakses informasi di internet.

Secara ringkas digital divide dibedakan menjadi 3 tahapan yakni tahap pertama fokus pada aspek akses fisik digital technology (1995-2003), tahap kedua fokus pada keterampilan dan kemampuan menggunakan tahun 2004-sekarang, dan level yang ketiga fokus pada luaran/dampak dari digital yang terjadi sejak 2013-sekarang. Di akhir kelas, kami diminta mencari topik yang akan dibahas pada salah satu tugas di kelas pada pertemuan pertengahan.

Rabu, 10-03-2021 (Pertemuan 3)

Hari ini kami membahas topik tentang digital natives and digital imigrant berkaitan dengan karakteristiknya. Di tengah perkuliahan kami berdiskusi tentang bagaimana cara mengukur kebutuhan suatu masyarakat berkaitan dengan digital literacy. Selain itu kami mendapatkan tugas untuk membaca hasil riset berkaitan dengan digital divide di beberapa negera seperti Ghana, Australia, Rusia, Singapura, dan Rio de Jenairo Brazil. Kami ditugaskan untuk menganalisis dan mempersentasikannnya di kelas pada pertemuan tanggal 28 April. Di samping membaca papernya, kami juga diminta untuk mencari informasi tambahan dari hasil riset terbaru mengenai kondisi digital divide di negara yang kami pilih. Saya memilih negara Ghana, sepertinya akan sangat menarik untuk saya kaji.

Rabu, 17-03-2021 (Pertemuan 4)

Hari ini kami membaas topik What the Internet is doing to our brains, topik ini disarikan dari salah satu buku Nicholas Carr seorang penulis buku yang paling konsen mengkritik keberadaan teknologi. Nicholas Carr dalam bukunya sering memiliki pandangan yang berbeda tentang kemajuan teknologi. Dalam video yang tersebar di Youtube dari eventnya Ideacity, Talk at Google, bisa kita baca bagaimana pemikirannya.

Secara umum diskusi hari ini lebih banyak dilakukan berkaitan dengan dua sisi dari keberadaan teknologi khususnya internet. Karena internet dapat membentuk otak dan cara berpikir kita. Orang bisa memiliki cara berpikir dan bertindak yang baik karena internet, begitupun sebaliknya. Maka, kita harus bijak dalam menggunakan fasilitas internet. Kita harus pandai memilih mana informasi yang penting dan substantif dari yang kita cari. Karena tidak semua informasi kita butuhkan untuk diakses. Kita harus membatasi waktu kita dari sesuatu yang tidak perlu, jikapun terpaksa harus menggunakan sosial media, maka gunakan sewajarnya, dan batasi waktu penggunaanya.

Rabu, 24/03/2021 (Pertemuan 5)

Kuliah hari ini cukup menantang karena sejak malam turun hujan bahkan sampai sore. Tapi itu tidak menyurutkan semangat untuk hadir tepat waktu. Hari ini ada 1 mahasiswa yang tidak masuk, mungkin karena hujan, biasanya menggunakan speda motor ke kampusnya. Hari ini dosen menjelaskan tentang teori-teori yang terkait dengan digital divide. Ada banyak toeri yang berkembang sejak akhir abad 20. Sebut saja toeri TAM (davis 1989), dan teori difusi teknologi (1962). Dalam setiap teori maka ada 4 perspektif yang bisa kita lihat, yakni acceptance of technology, material perspective, social culture perspective, and relational perspective.

Seperti biasa dosen juga menyajikan beberapa video untuk mendukung materi yang dibahas. Ada banyak inspirasi yang bisa diambil. Dan yang lebih penting, kami jadi punya gambaran ketika akan melakukan riset dan menggunakan teori yang tepat untuk mendasarinya. Hari ini juga kami diminta mulai memikirkan rencana proyek akhir kami. Dimana kami harus mewawancarai seorang CEO atau organisasi yang bergelut dalam persoalan digital divide.

Rabu, 31/03/2021 (Pertemuan 6)

Kuliah hari ini membahas materi tentang motivasi dan sikap orang terhadap inovasi teknologi. Secara umum ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang mendorong dirinya mengadopsi teknologi. Mulai dari faktor personal, juga dorongan eksternal seperti sosial dan kebutuhan kerja. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan dirinya dalam memperoleh teknologi yang dibutuhkannya.

Selain itu, dosen memperkenalkan satu produk inovatif bernama MetaFly yang dikembangkan dari riset tidak kurang dari 40 tahun. MetaFly merupakan teknologi yang mengadopsi konsep dan model bionik dari burung atau belalang dalam bentuk mekanik robotik. Kami ditugaskan untuk membuat promosi menawarkan produk tersebut seharga 100 doral kepada calon konsumen, dan bagaimana caranya agar konsumen tertarik untuk membelinya.

Setelah itu, kami diperlihatkan dengan satu video dari the economist world bank yang membahas dampak, dan peluang ekonomi sejak munculnya pandemi covid. Ada banyak teknologi maju yang berkembang dari pandemi. yang paling berkembang adalah platform belajar online dan juga layanan jualan makanan online. Selain itu juga layanan pengantaran barang dan makanan serta logistik dari yang masih tradisional sampai ke yang modern.

Rabu, 07/04/2021 (Pertemuan 7)

Kuliah hari ini ada sedikit penundaan disebabkan karena ada mahasiswa yang dari klinik, kemudian ada yang ijin terlambat karena baru datang dari kota Tauyoan. Selain itu ada satu yang sakit sehingga tidak masuk kelas. Namun waktu yang tersedia saya gunakan untuk diskusi dengan profesor mulai dari masalah interview protocol yang saya rancang, fisolofi belajar dosen-dosen Taiwan sampai ke persoalan salah satu tokoh penduduk Taiwan yang sempat menjadi batu sandungan Jepang waktu menduduki Taiwan.

Topik hari ini tentang digital usage inequality. Topik yang menarik untuk saya cerna, karena kami jadi paham bagaimana ketimpangan sosial yang disebabkan oleh ketimpangan kesempatan akses dan penggunaan digital technology. Secara umum ada tiga teori yakni digital technologi berperan dalam menurunkan social inequality, kedua tidak berpengaruh, dan ketiga berpengaruh dalam meningkatkan social inequality.

Ada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti personal, positional dan lain-lain. Namun yang paling banyak adalah faktor ability atau kemampuan biasanya menyangkut budget yang dimiliki. Digital media terbukti membuat jarak semakin jauh antara generasi milenial dengan baby boomers atau orang dari kalangan tua. Namun dibalik itu, kita dapat menemukan beberapa kasus kebalikan, seperti wantshowasyoung perusahaan loundry di Taiwan yang menjadi terkenal karena model yang digunakan adalah orang tua.

Minggu depan kami akan berkunjung ke suatu tempat untuk belajar suatu dari orang asli taiwan dalam proses membelajarkan siswa sekolah dasar dan mengedukasi anak-anak berkaitan dengan digital opportunity.

Rabu, 14/04/2021 (pertemuan 8)

Seperti yang saya sebutkan minggu lalu, bahwa hari ini kuliah kami tidak di kelas, melainkan di sebuah museum pendidikan. Dulunya museum ini adalah sekolah dasar yang pernah eksis tahun 1923-2983. Sayangnya karena urbanisasi kemudian sekolah ditutup. Cerita selengkapnya tentang sekolah ini bisa dibaca pada postingan saya yang khusus membahas tentang tempat ini.

Yang mau saya tulis disini adalah tentang bagaimana para pengelola tersebut mampu menggali potensi yang ada untuk memunculkan inovasi. Sebuah tempat yang awalnya tidak terawat, bahkan banyak barangnya yang hilang diambil pencuri, kemudian ditata sedemikian rupa sehingga memunculkan nilai baru yang mampu menarik perhatian banyak orang. Pengelolanya mampu mengidentifikasi masalah dan potensi untuk diwujudkan menjadi nilai unggul yang mnarik di gali.

Museum ini bukan hanya seperti kebanyakan museum yang berisi benda masa lalu, tapi juga berisi cerita tentang spirit kebersamaan. Museum ini menjadi penghubung antara petani dan konsumen, museum ini juga menjadi sarana dan perantara edukasi para petani agar hasil panennya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Juga museum ini menjadi penjembatani antara orang kota dengan citarasa pegunungan yang asri dan menenangkan.

Itulah prinsip digital opportunity, dengan masuknya internet, arus komunikasi menjadi lancar. Tempat yang dulunya terbengkalai kini menjadi primadona baru kunjungan para pelangcong dan orang-orang yang mencari ketentangan jiwa. TV, youtuber tidak ketinggalan menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk membuat konten. Itulah peran era digital yakni meningkatkan nilai dari suatu yang belum optimal.

Rabu, 21/04/2021 (Pertemuan 9)

Kuliah hari ini cukup menarik, di awal pertemuan profesor memberikan secarik kertas dan meminta kami untuk menuliskan kata kunci yang pernah dipelajari sampai dipertemuan ke 8. Setelah itu kami diminta sharing. Menurutnya hal itu dilakukan agar kami dapat menyadari apa yang telah dilewati.

Selanjutnya profesor cerita pengalamannya dalam mengerjaka proyek digital opportunity center tahun 2009. DOP merupakan salah satu program pemerintah Taiwan pasca Gempa besar tahun 2008. Pemerintah memberikan hibah cukup besar kepada para peneliti. Waktu itu satu proyek didanai sekitar 9 juta dolar Taiwan. Bahkan DOP yang dikembangkan diresmikan secara langsung oleh presiden.

Tujuan dari DOP adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pedesaan tentang akses informasi, dan untuk membantu masyarakat untuk menginventarisir potensi lokalnya. Disetiap DOP ada semacam lab komputer yang dapat diakses oleh masyarakat sekitar anak-anak, muda, tua dan bahkan lansia. Menurut saya program ini cukup menarik jika dikembangkan di daerah pinggiran. Hal itu akan membantu pengembangan ipteks dan akses informasi masyarakat.

Di akhir sesi kami diminta mengidentifikasi suatu masalah dan mengembangan suatu perusahaan yang dapat mengatasi masyarakat tersebut. Saya langsung terpikir masalah di kampung halaman saya di Talegong Garut. Ada dua masalah utam yang saya sasar yakni rendahnya lulusan SMA yang kuliah, dan masalah ketersediaan air di musim kemarau. Maka yang saya usulkan adalah program desa tangguh. Polanya kami akan bekerjasama dengan pemuda dan masyarakat desa untuk memberikan banyak pelatihan sesuai kebutuhan seperti keterampilan pertanian, peternakan, dan pengembangan wisata. Selain itu kami akan berdayakan masyarakat untuk memetakan potensi mata air yang ada, kemudian kami tanami pohon kiara dan bambu agar sumber mata air semakin aman dalam jangka waktu yang lama. Visi besarnya masyarakat dapat memiliki keterampilan baru dan lingkungan akan lestari untuk masa depan generasi nanti.

Rabu, 28/04/2021

Kuliah hari ini sesuai jadwal adalah presentasi negara yang telah dibagi kepada para mahasiswa dari beberapa minggu sebelumnya. Ada tiga penyaji yakni Kubi, Saya dan Evelin, Kubi kebagian menjelaskan tentang digital divide di Australia, Saya Ghana, dan Evelin Singapura. Masih ada dua lagi yang akan dijadwalkan mempresentasikan tugasnya minggu depan.

Kubi menjelaskan dengan sangat baik tentang Australia, didukung oleh visualisasi presentasi yang menarik. Inti dari kajiannya adalah Australia merupakan salah satu negara maju awal yang berupaya untuk menyelesaikan persoalan digital divide khususnya untuk warga yang berada di daerah utara. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Saya menjelaskan tentang Ghana, salah satu negara di Afrika. Ghana juga mengalami persoalan yang sama yakni mahalnya akses internet, dan susahnya untuk membangun infrastruktr yang memadai khususnya untuk warga dibagian utara. Tahun 2013 hanya 37% perempuan yang terkoneksi dengan internet, dan 41% laki-laki. Ada semacam perbedaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Persoalan ini sebenarnya banyak dihadapi oleh negara dengan sistem patriaki yang tinggi. Salah satu persoalan yang terjadi belakangan di gahana dalah pencurian lewat internet yang dilakukan oleh kaum muda. Teknik pencurian dan penipuan dilakukan dengan berbagai cara seperti hacking, maupun sosial enggineering seperti dating, pembobolan akun bank dan lain-lain.

Terakhir Evelin menjelaskan tentang bagaimana Singapura berupaya menyelesaikan amsalah digital divide dikalangan masyarakat ekonomi ke bawah. Kita tahu bahwa Singapure adalah negara yang kaya, namun disparitas kaya dan miskin yang jauh. Beberapa program dilakukan untuk menyelesaikan persoalan kaum marjinal seperti orang dengan kebutuhan khusus. Pemerintah dan perusahaan berupaya untuk menyelesaikan secara bersama.

Rabu, 05/05/2021

Kuliah hari ini berisi lanjutan kegitan minggu lalu, karena ada dua mahassiwa yang belum presentasi. Hari ini Kao dan Siubhang kebagian ajdwal untuk presentasi. Kao membahas digital divide di Rusia, sedangkan Siubhang presentasi tentang Brazil.

Selain itu kami juga membahas tentang sisa tiga tugas lagi. minggu depan jadwal kami untuk presentasi isu diskusi yang telah kmai pilih. Saya berencana mengajak diskusi dengan online learning di masa pandemi untuk studi kasus di daerah perkembangan yang kesulitan dalam akses internet.

Saya rencananya akan mewawancarai guru, orang tua dan siswa di sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Data ini juga saya rencanakan untuk jadi bahan artikel ilmiah. Setidaknya untuk bahan tulisan di conference. Misi saya ingin memperbanyak publikasi tentang Talegong Garut. Sebagai kampung asal dan tempat saya dibesarkan. Semoga kolega disana memberikan waktu luang untuk membantu.

Rabu, 12 Mei 2021

Hari ini jadwal kami mempresentasikan topik yang kami pilih seputar digital divide dan digital opprtunity. Saya mengambil topik tentang learning process in rural areas Indonesia. Saya tertarik dengan topik ini karena penasaran bagaimana fakta empiris di lapangan kaitannya dengan mutu proses belajar siswa. Model kajian saya agak sedikit berbeda dengan teman yang lain. dimana yang lain lebih banyak mengkaji dari berita, youtube, sosial media, dan sejenisnya. Saya lebih menenkankan ke mini research.

Saya melakukan wawacara dengan 8 guru dari tingkat SD-SMA di Talegong Garut dan di Bidiwai Sumba. Ada 11 pertanyana yang saya ajukan kaitannya dengan proses pembelajaran selama pandemi di area pedesaan. Total tidak kurang dari 8 jam waktu yang saya butuhkan untuk mewawancarai semuanya. Banyak fakta menarik yang saya peroleh baik kaitannya dengan keluhan, saran dan masukan dari para guru kepada pemerintah sebagai regulator kebijakan pelaksanaan pendidikan. Secara lebih rinci hasil mini research ini akan coba saya sajikan melalui artikel ilmiah yang akan saya  submit ke jurnal atau konferensi tahun ini. Semoga semuanya diberikan kelancaran.

Mengingat kondisi peningkatan kasus covid di Taiwan yang cukup masif, pemerintah melarang aktivitas pertemuan dalam jumlah banyak. Dengan begitu kelas kuliah digital divide minggu depan akan dilakukan secara online menggunakan platform baru yang dikembangkan. Semoga semua berjalan lancar.

Rabu, 19/05/2021 (Pertemuan 13)

Hari ini pertama kali kuliah online untuk mata kuliah Digital Divide dan Digital Opportunity. Hari ini juga pertama kalinya kami menggunakan platform BigBlueButton di Moodle. Sebelumnya saya pernah menggunakan di Malang, namun sayangnya waktu itu masih terkendala jaringan yang tidak stabil. Namun, hari ini terasa lebih lancar dan memadai untuk digunakan. Selain Zoom, Google Meet, dan Ms Teams.

Hari ini ada dua teman kami yang presentasi issus discussionnya. Pertama membahas tentang YouTuber, dan kedua membahas tentang online Dating. Kedua penyaji menyampaikan argumentasi dan hasil kajiannya. Topik yang cukup menarik untuk didiskusikan.

Sebagaimana kita ketahui Youtube pertama kali direlease tahun 2005, kemudian 2006 diakuisi oleh Google. Video pertama yang diunggah di Youtube berdurasi 18 detik. Seseorang sedang dikebun Binatang. Setelah itu YouTube menjadi plaform video online yang digemari banyak pihak. Selain sebagai tempat hiburan, YouTube juga menjadi sumber pekerjaan baru bagi banyak orang.

Topik kedua tentang online dating. Aplikasi ini mulai banyak digerami anak muda untuk mencari teman sharing, curhat dan pacar maya. Banyyak faktor yang membuat seseorang menggunakan aplikasi ini. Salah satunya karena mereka tidak memperoleh pasangan di dunia nyata. Sehingga mencoba peruntukan dari dunia maya. Sejak era digital banyak kebutuhan manusia dipenuhi melalui daring. Termasuk kebutuhan akan rasa saling memiliki, melengkapi, dan mencintai. Tidak sedikit pasangan sampai ke jenjang pelaminan mulai dari platform online dating ini.

Rabu, 26/05/2021 (Pertemuan 14)

Kuliah hari ini dilakukan seperti minggu lalu. Pada awalnya saya mengalami masalah teknis, berkaitan dengan koneksi, dan respon laptop yang lambat. Akhirnya saya coba restart dan kemudian masuk kembali. Hari ini tersisa satu teman kami untuk menyajikan tugas diskusi topiknya. Beliau mengangkat topik tentang online learning. Sajiannya sederhana namun cukup menarik.

Setelah sesi pemaparan dari teman kami selesai, professor kembali menjelaskan teknis dan panduan dari dua tugas kami yang tersisa. Yakni berkaitan dengan rekaman pecha kucha dan final proyek untuk mewawancari lembaga yang bekerja untuk mengatasi masalah pemisahan digital.

Minggu depan kami diberi kesempatan satu pertemuan tanpa ada perkuliahan. Hal itu bertujuan agar kami meluangkan waktu untuk menyelesaikan semua proyek yang tersisa. Pertemuan berikutnya adalah jadwal pemutaran presentasi Pecha Kucha untuk masing-masing diantara kami. Kemudian pekan berikutnya adalah pematerian dari profesor. Dan terakhir pada pertemuan ke 18 adalah waktu untuk penyajian hasil dari final proyek yang telah kami lakukan.

Hari ini kami tahu bahwa rata-rata mahasiswa lokal Taiwan diarahkan untuk kembali ke rumahnya masing-masing sebagai dampak dari kondisi pandemik yang sedang terjadi. Hal itu berdasarkan himbauan dari kementerian pendidikan Taiwan. Sehingga mahasiswa asli Taiwan memilih untuk tidak tinggal di asrama dan kembali ke rumah orang tuanya masing-masing. Hal ini sama seperti yang terjadi di Indonesia.

Rabu, 09/06/2021 (Pertemuan 16)

Hari ini memasuki pertemuan ke 16, minggu lalu kami tidak ada kelas untuk mata kuliah ini karena kami diminta fokus untuk mengerjakan dua proyek yang tersisa. Hari ini kami presentasi proyek Pecha Kucha kami. Masing-masing memutarkan presentasi yang sudah direkamnya sekitar 6-7 menit. Alhamdulillah semua berjalan lancar.

Minggu depan kami diberi waktu untuk break satu pekan lagi karena kami masih harus mengerjakan tugas terakhir. Sehingga kami baru akan bertemu lagi pada pertemuan ke 18 sekaligus pertemuan terakhir. Pertemuan terakhir juga sekaligus untuk mempresentasikan hasil final projectnya berkaitan dengan hasil wawancara kepada pemilik layanan yang menyangkut digital divide dan digital opportunity. Semoga semua diberikan kelancaran, karena ini jadi mata kuliah terakhir yang masih menyisakan tugas. Sedangkan semua mata kuliah yang lain sudah selesai pekan ini, termasuk seminar yang akan dilakukan pertemuan terakhirnya pada hari ini.

Rabu, 23/06/2021 (Pertemuan 18).

Hari ini saya mau cerita pengalaman perkuliahan terakhir mata kuliah digital divide and digital opportunity.  Hari ini adalah hari di mana kami harus mempresentasikan final Project kami semester ini.  karena kami atau saya pertama kali mengunggah kena project ke LMS maka saya diberikan kesempatan yang pertama untuk mempresentasikan laporan.  Saya merasa kasihkan laporan sekitar 40 menit dan semuanya berjalan lancar.  Semua mahasiswa dan juga termasuk Profesor memberikan apresiasi dan ikut bertanya.  Ya setelah saya presentasi giliran teman yang lain begitupun kami melanjutkannya dengan kegiatan diskusi dan tanya jawab. 

Saya sangat terkesan dengan mata kuliah ini walaupun jumlah maksudnya tidak banyak tapi kami dapat belajar banyak hal di kelas ini.  Saya juga dapat pelajaran penting tentang cara beliau yang sangat hormat kepada mahasiswa.  Jadi saya sangat merasakan egaliter yang luar biasa beliau kepada mahasiswanya.  Padahal beliau itu sebagai pejabat di fakultas tapi saya tidak melihat beliau sebagai seorang pejabat.  Bahkan ketika ada mahasiswa yang terlambat datang pun beliau bisa memahami situasinya.  Saya sangat hormat walaupun sisi yang lain Saya kadang agak bertanya-tanya kepada mahasiswa yang lain Kenapa masih rutin datang terlambat di kelas. 

Hal lain mungkin yang mau saya ceritakan ini mata kuliah ini lumayan banyak tugasnya juga tapi bagi teman-teman yang berminat ini juga termasuk topik yang baik dan aman untuk diambil.  Ada banyak perspektif baru yang bisa kita dapat dari mata kuliah ini.  Dan menurut saya ini sangat berarti khususnya bagi saya sebagai dosen di jurusan teknologi pendidikan.  Karena materi yang saya dapatkan sangat  berhubungan dengan karir saya.  Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat sampai jumpa.