Yang dirindukan dari Ramadhan

Hari ini tepat memasuki hari ke-26 Ramadhan 1442 H. Tidak lama lagi bulan yang paling mulia akan pergi. Sebentar lagi momen buka dan sahur Ramadhan tidak terasa lagi, sebentar lagi kesempatan tarawih akan berakhir. Tidak lama lagi kesempatan berlipatnya pahala tidak akan ada lagi. Namun, rasanya belum mampu memanfaatkan waktu yang diberikan. Belum dapat mengisi setiap detik untuk berbuat baik, menambah pahala dan keberkahan.

Memang banyak yang berubah dari pengalaman puasa setelah tahun 2017. Tahun 2017 adalah tahun terakhir sebagai takmir, karena sejak menikah saya pindah tempat tinggal ke Malang. Di tempat baru belum ada kesempatan untuk menikmati masa-masa jadi takmir sebelumnya. Apalagi setelah menikah, jelas kesempatan tinggal di masjid seperti dulu semakin kecil.

Saya pernah cerita pada tulisan sebelumnya bahwa sejak kecil (usia 4-5 tahunan, sehari-hari saya lebih banyak tinggal dan tidur di Masjid. Waktu kecil – SD kelas 6 tidur di masjid karena kebetulan rumah dengan tempat ngaji jaraknya jauh, sehingga kami para santri lebih memilih tidur di masjid daripada pulang ke rumah, karena subuh harus ngaji lagi. Waktu SMP dan SMA beberapa tahun kami menempati masjid sekolah, setiap malam tidur di masjid. Waktu kuliah S1 dan S2 juga, lebih banyak waktu tinggal di masjid. Sehingga bulan puasa juga menjadi bulan yang penuh cerita tentang kehidupan masjid.

Sebagai takmir masjid, maka pelayanan kepada jamaah menjadi yang utama, bahkan ketika shalat idul fitri sekalipun, kami baru pulang ke rumah, h+1 itupun waktu di Bandung, sedangkan ketika di Jogja hal itu tidak memungkinkan karena jarak yang jauh. setiap bulan puasa kami akan sangat sibuk mulai dari menyusun jadwal kultum ramadhan dan menghubungi para penceramah dan imam tarawih, menyusun jadwal donatur takjil dan sahur waktu i’tikaf, serta menyiapkan pelaksanaan shalat idul fitri.

Sebagai takmir, tentu harus terdepan dalam setiap agenda peribadahan baik yang sunah maupun fardhu. Momen-momen ini yang saya rindukan, ketika kami menyiapkan hidangan buka puasa. Ketika kami melihat senyum jamaah yang menikmati hidangan buka puasa. Ketika kami jadi bilal tarawih, adzan dan iqomah, atau ketika kami harus menggantikan imam dan penceramah karena yang dijadwal tidak hadir. Selain itu yang tidak kalah menarik adalah ketika 10 hari terakhir, agenda itikaf, kajian itikaf, dan menyiapkan sahur untuk jamaah itikaf. Dan puncaknya ketika malam takbiran, mengelola zakat fitrah, membuat laporan untuk Badan Amil Zakat, serta menyiapkan tempat shalat idul fitri.

Semua keseruan itu tidak lagi saya alami selepas 2017 sampai sekarang. Apalagi saat ini, sedang di negara orang. Bahkan untuk shalat tarawih saja, kami hanya berenam dengan menggunakan ruangan kecil, karena di kota ini tidak ada masjid. Hanya ada dua mushola yang jaraknya cukup jauh. Bahkan untuk shalat idul fitri juga kami belum tahu akan dilaksanakan dan akan ikut dimana. Kangen rasanya kembali ke masa-masa masih jadi takmir. Semoga diberi umur panjang dan kesempatan. Selamat mengisi akhir ramahan dengan amal terbaik, dan selamat menyambut lebaran.

Hsinchu, 08 Mei 2021/26 Ramadhan 1442 H