Seminar pekan 9 (04-11-2020)
Tulisan ini untuk catatan sendiri mengenai topik-topik yang saya dapat dari perkuliahan seminar di IPHD. Sebagai informasi mata kuliah seminar bobotnya satu SKS yang wajib diambil setiap semester oleh mahasiswa IPHD. Hampir semua jurusan menawarkan mata kuliah serupa. Pada mata kuliah seminar, setiap pekan kita diberikan penjelasan topik materi dari seorang pakar pada bidang tertentu baik dari kalangan akademisi di kampus maupun praktisi dari sebuah perusahaan. Dengan demikian tujuan dari mata kuliah ini lebih ke membuka wawasan baru para mahasiswa di luar bidang kajian yang selama ini di dalaminya.
Topik seminar pertemuan 8 tentang NVIDIA untuk memperkuat computer dengan AI, ML dan DL. Di sajikan oleh Dr. Chuang Kung Lee. Secara umum beliau menjelaskan tentang sejarah perkembangan NVIDIA dari awal hingga saat ini. Termasuk fokus bisnis yang dibawanya. NVIDIA tentu bukan istilah baru bagi penyuka gaming, atau perangkat komputer, karena biasanya itu sering kita temukan sebagai merk hardware yang ada di motherboard.
Namun, saat ini NVIDIA melebarkan sayapnya bukan hanya fokus pada pengembangan perangkat keras, melainkan menjadi perusahan platform komputer terdepan. dan itulah yang disajikan oleh Dr Lee pada sore ini hari. Beliau menjelaskan tentang AI, Machine Learning, dan Deep Learning serta contoh-contoh pengembangan dan aplikasinya yang sudah dilakukan oleh peneliti NVIDIA.
Sengat menarik sajian yang disampikan, secara umum rekan-rekan dapat membaca-baca apa yang beliau sampaikan melalui dua situs yang beliau bagikan yakni https://ngc.nvidia.com dan situs https://www.nvidia.com/en-us/deep-learning-ai/education/. Buat yang mau baca-baca silakan langsung menuju ke situsnya. Semoga bermanfaat, sampai jumpa di catatan seminar berikutnya.
Seminar pekan 10 (18-11-2020)
Seminar pada pertemuan ini membahas topik berjudul: “Deconstructing Research Articles: a Literacy-Oriented Approach for Research Writing”, disampaikan oleh Prof. Yun-Yin Huang dari Language Center NTHU. Yun-Yin Huang merupakan salah satu staf pengajar di Pusat Bahasa NTHU. Beliau menamatkan Ph.Dnya di Amerika Serikat. Hobynya adalah mendaki tebing. Beliau memang atlit panjat tebing.
Dalam paparannya beliau menjelaskan tentang ragam metode penulisan karya ilmiah khususnya pada situasi pandemi. Secara lebih khusus beliau menjelaskan secara umum tentang sistematik karya ilmiah seperti IMRAD, kemudian menjelaskan contoh-contoh metode literature review. Di samping itu beliau juga menjelaskan hal-hal prinsip dalam menulis karya ilmiah seperti etika yang harus diperhatikan. Di samping itu juga beliau menjelaskan masalah kebahasaan dalam menulis artikel ilmiah.
Dalam kesempat ini saya bertanya tentang perbedaan antara originality dan novelty dalam karya ilmiah. Waktu mendapat pertanyaan tersebut beliau tidak langsung menjawab, dan sempat melemparkan pertanyaan saya ke koordinator Seminar Prof. Hung-Wen Chen. Sekilas prof Chen menjelaskan bahwa ketika kita menyebut originality maka dalam waktu yang sama kita sedang membahas novelty dari suatu karya ilmiah. Prof. Huang juga sepakat namun dirinya juga menambahkan bahwa memang tidak sama antara originality dengan novelty. Saya sendiri mengutip pendapatnya Prof. Wisnu Jatmiko, UI yang mengatakan bahwa novelty atau kebaruan dari suatu riset yang merupakan penambahan nilai tambah dari hasil temuan yang sudah ada. Sedangkan originality berarti kita melakukan suatu riset yang belum pernah dilakuka sebelumnya pada satu bidang tertentu. Artinya untuk menghasilkan riset yang original membutuhkan usaha yang lebih besar dibanding hanya memberi nilai tambah pada suatu area yang sudah diteliti sebelumnya.
Seminar pekan 11 (02-12-2020)
Materi pada seminar kali ini berjudul “Introduction to Medical Device Innovation: Secrets to a Successful Product Launch”. Seminar kali ini disampaikan oleh Dr. Eric Chen, senior director of Biomedical Business Unit, Megaforce.
Dalam sajiannya pemateri menjelaskan tentang sekilas perusahaannya dari mulai berdiri sampai hari ini. Termasuk yang terkait dengan proses ekspansi bisnis ke beberapa negara lain seperti Amerika. Selain itu yang paling menarik bagi saya adalah paparan tentang best practice dari model inovasi yang dilakukan di unit bisnisnya. Menurut saya ini pengalaman yang sangat berharga. Karena materi ini sangat relevan dengan topik perkuliahan manajemen inovasi yang saya ampu di Universitas Negeri Malang sebelum berangkat ke Taiwan.
Penyaji menjelaskan beberapa jenis model inovasi yang ada di dunia, sebut saja misalnya model inovasi bisnis ala starbucks, McD, Pepsi, dan lain-lain. Dari inspirasi beliau itu saya dapat banyak pengalaman dan keberanian untuk berbagi pengalaman dalam agenda virtual pameran manajemen inovasi di UM.
Seminar pekan 12 (09-12-2020)
Judul seminar kali ini adalah “Bioengineering Approach for Enhancing Therapeutic Efficacy of Cell Therapy” yang disampaikan oleh Prof. Chieh-Cheng Huang dari Institute of Biomedical Engineering, NTHU.
Sejujurnya saya kurang paham isi materinya, namun menurut saya sangat menarik. Jadi secara umum penyaji menjelaskan tentang hasil riset dalam bidang sel. Menurutnya ada cara yang lebih baik dari pada cara yang natural untuk mengembangkan suatu sel. Hal itu sangat berguna untuk riset pada pasien pasca operasi. Artinya, ketika seseorang baru saja melakukan operasi, maka agar cepat pulih dan jaringan organ yang terluka bekas operasinya perlu diberikan treatment dari hasil risetnya. Hal itu bertujuan agar proses penyembuhan bisa lebih cepat.
Beliau menjelaskan hasil eksperimennya pada tikus menghasilkan temuan yang sangat menjanjikan. Artinya ketika hasil riset ini diuji cobakan ke manusia maka peluang keberhasilannya sangat tinggi. Sekaligus potensi resikonya yang sangat kecil. Beliau mengaku risetnya masih membutuhkan banyak pengujian pada sampel yang berbeda.
Seminar pekan 13 (16-12-2020)
Seminar pada pertemuan ini disajikan oleh Max Hsieh, Ph.D yang membahas tentang Project Management of Business, beliau ini lulusan MIT yang saat ini bekerja sebagai project manager di ASML. ASML sendiri merupakan salah satu perusahaan di Taiwan yang memproduksi komponen chip yang digunakan oleh banyak perusahaan besar di dunia seperti Intel, Samsung, dan lain-lain.
Secara umum topiknya sangat menarik, disamping pembawaannya materinya juga sangat santai, orangnya juga sangat respect, dan sesi tanya jawabnya jadi sangat mengalir. Saya sendiri bertanya tentang prediksi bentuk chip masa depan, apakah mungkin chip itu dalam bentuk tidak berwujud?. waktu beliau mau menjawab, sepertinya beliau agak kaget dengan pertanyaan saya, karena memang sejauh ini chip itu komponennya berupa struktur perangkat keras, namun kata beliau, ke depan bisa saja chip itu tidak berwujud, namun itu masih cukup jauh. Karena sejauh ini chip walaupun ukurannya kecil, namun faktanya memang masih berupa perangkat keras. Beliau juga merasa tertantang untuk memikirkan hal itu, karena ke depan beliau juga akan berada pada situasi tersebut.
Di samping menjelaskan tentang ASML, beliau juga berbagi cerita dalam proses penyelesaian riset waktu kuliah S3 di MIT. Menurutnya sebagai mahasiswa PhD, sebenarnya pada waktu yang sama kita juga memerankan diri sebagai project manager. Sehingga pengalaman menyelesaikan studi Ph.D akan sangat berguna ketika nanti pasca lulus memasuki dunia bisnis.
Seminar pekan 14 (23-12-2020)
Seminar pekan ini disajikan oleh Pei-Hsun Wang Ph.D dari Department of Optics and Photonics National Central University Taiwan. Penyaji merupakan asisten Profesor dari Ultrafast and Nonlinear Photonics Laboratory yang menyajikan topik Silicon Photonics – from Optical Communication to Ultrafast Optics.
Secara umum beliau menjelaskan topik-topik antara lain mengenalkan tentang optical communication beserta komponen fiber optics. Kemudian menjelaskan topik tentang integrated photonics meliputi optical waveguide, semiconductor fabrication, dan applications dalam kehidupan. Terakhir bpenyaji menjelaskan tentang ultrafast optics meliputi materi tentang short pulse, dan aplikasinya.
Sejujurnya saya tidak bisa menangkap semua penjelasan penyaji, khususnya ketika menjelaskan hal-hal teknis dan istilah-istilah dalam dunia Fisika. Ketika pemateri menjelaskan tentang gelombang elektromagnetik, pikiran saya berkelana ke masa-masa belajar Fisika di SMA. Dulu saya sangat menyukai Mata Pelajran Fisika, saya bisa menghapal semua rumus fisika dengan baik, namun sekarang sudah lupa lagi karena tidak saya pakai dalam pekerjaan saya.
Pada sesi tanya jawab saya bertanya sesuai yang agak nyeleneh. Saya membayangkan beberapa tahun ke depan jika project eksplorasi potensi kehidupan di Mars terwujud, maka kita membutuhkan teknologi pendukung untuk berkomunikasi dengan manusia yang tinggal di Mars. yang saya tanyakan adalah teknologi apa yang paling sesuai dengan situasi tersebut. Krena tidak mungkin kita menggunakan kabel mengingat jarak bumi dan mars lebih dari 100 juta KM.
Kemudian pembicara menjawab bahwa sejauh ini teknologi yang bisa digunakana dalah teknologi berbasis gelombang elektromagnetik. Namun tentu pelu pengujian lebih jauh mengingat jarak yang tidak dekat, dan bperbedaan kondisi lingkungan yang bisa berpengaruh. Menurutnya ke depan bisa saja ada teknologi baru yang sesuai dengan kebutuhan masalah pada saat nanti.
Seminar pekan ke 15 (30 Desember 2020)
Topik seminar kali ini AI Pilar (Way of Development) yang disampaikan oleh Alvin Yuan dari AI Writer. Dalam materinya beliau menjelaskan tiga point yakni sejarah AI, contoh pemanfaatan AI di industri, kemudian bagaimana pilar-pilar untuk membangun ekosistem AI pada masa depan.
Mengapa AI itu penting, pertama walaupun AI sudah muncul sejak 60-70 tahun lalu oleh Alan Turing ketika membuka kode sandi Jerman dalam perang dunia. AI baru saja mengalami perkembangan yang signifikan di awal abad 21. Artinya potensi pengembangan Ai masih sangat banyak.
Namun demikian, menurut Alvin Ai hanyalah sebuah tools untuk membuat orang dan perusahaan semakin kompetitif. Dalam praktiknya AI tidak akan menggantikan orang atau profesi tertentu (dokter, guru, dosen), namun orang atau perusahaan yang tidak menggunakan AI akan digantikan oleh yang menggunakan AI.
Saat ini Ai sudah berkembang dari periode penemuan AI menjadi periode praktik penerapannya dalam kehidupan manusia. Beberapa contoh praktik AI antara lai Chatbot, Photomath, automatic writing, kitchen robot, gatbox dan lain-lain.
AI pilar ada 7 antara lain insinyur AI, membuat uang dengan memanfaatkan big data, mulai berbisnis menggunakan AI, berinvestasi pada proyek AI, menjadi konsultan AI, menjadi pembicara tentang AI, dan mengintegrasikan semua pilar dalam satu ekosistem yang terpadu.
Pada sesi tanya jawab, saya bertanya tentang bagaimana peran AI untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dan bagaimana mengenalkan dan mengajarkan AI kepada para siswa?. Beliau menjawab ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan AI untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebut saja misalnya ketika guru mau mengukur capaian belajar siswa, maka dengan AI guru dapat mengukur dengan cepat dan akurat, serta sistem AI akan memberikan feedback kepada siswa bahkan kepada orang tuanya.
Adapun cara mengajarkan AI ada beberapa cara, sebagian besar negara telah mengajarkan coding kepada siswa SMP dan SMA, walaupun itu tidak selamanya tepat, karena tidak semua siswa menyukai coding. Para guru harus menjelaskan mengapa harus belajar bahasa coding, dan di samping itu perlu juga diajarkan kompetensi pendukung untuk membangun ekosistem AI.
Seminar Pekan ke-17 (06 Januari 2021)
Topik seminar hari ini berjudul ” Effect of Different Chromosome Representations in Developing Genetic Algorithms to Solve DFJS Scheduling Problems” disampaikan oleh Dr. Dr. Chi-Shiuan Lin, mahasiswa Postdoc dari National Chiau Tong University (NCTU) Taiwan.
Sejujurnya saya tidak memahami seutuhnya materi yang disampaikan, selain karena bahasa yang digunakan pembicara sangat kental dengan akses Taiwannya, juga karena bidang keilmuannya yang agak jauh berbeda. Namun, sedikit banyak saya dapat wawasan baru tentang bagaimana algoritma dalam menyelesaikan masalah penjadwalan sebagaimana yang disajikan oleh pembicara sore ini.
Seminar ini juga menjadi seminar tercepat/terpendek waktunya karena bahan yang disiapkan oleh pemateri tidak terlalu banyak, kami mulai sekitar jam 14.25 dan sudah selesai jam 15.16an. Selain itu pembicara juga cenderung membacakan isi yang ada dalam slidenya.
Pada sesi tanya jawab, saya bertanya tentang keterbatasan dari model dan algoritma yang dikembangkan, juga tentnag kemungkinan bentuk apliaksinya pada bidang yang lebih banyak. Pembicara menyatakan bahwa berdasarkan hasil temuannya dan perbandingan dengan hasil riset sebelumnya, model algoritma ini yang paling bagus. Adapun aplikasinya dapat dilakukan pada banyak konteks.
Setelah selesai seminar, koordinator menyampaikan rencana bahwa pada semester depan kami secara berkelompok harus mencari pemateri untuk diundang sebagai pembicara di seminar. Saya menduga mungkin tujuannya agar topik yang disajikan lebih relevan dengan background kami para mahassiwa. Sehingga semua latar belakang dapat terwakili dari materi yang disajikan.
Setelah selesai sempat berdiskusi dengan sesama mahasiwa yang basicnya dari pendidikan. Beliau lulusan masteri dari Department of Education and Learning Technology di College of Education NTHU. Sepertinya kami dapat berkolaborasi dalam beberapa projek ke depan.
Seminar pekan ke-18 (13 January 2021)
Seminar kali ini merupakan seminar pekan terakhir pada semester ini. Seminar kali ini bertema “How to use problem-solving thinking to manage my Ph.D program. Disampaikan oleh Yin-Cheng Chao. Beliau ini merupakan konsultan beberapa perusahaan di Taiwan alumni master dari USA.
Dalam sajiannya beliau menjelaskan 10 skill dasar yang penting dikuasai tahun 2015 dan tahun 2020 berdasarkan world economics forum. 10 keterampilan dasar tahun 2015 antara lain: (1) complex problem solving, (2) coordinating with others, (3) People management, (4) Critical thinking, (5) Negotiation, (6) Quality control, (7) Servcie orientation, (8) Judgement and Decision making, (9) Active listening, (10) Creativity.
Sedangkan 10 keterampilan dasar tahun 2020 antara lain: (1) Complex problem solving, (2) Critical thinking, (3) Creativity, (40 People management, (5) Coordinating with others, (6) Emotional intelligence, (7) Judgement and decision making, (8) Service orientation, (9) negotiation, (10) Cognitive flexibility.
Selain itu penyaji mencoba melakukan simulasi problem solving berdasarkan masalah yang kami sajikan sebelum perkuliahan. Kami diminta mencari teman yang bisa saling berbagai solusi. Dalam proses menyelesaikan masalah. pertama face it, accept it, deal with it, and let it go.
Penyaji juga memberikan tips bagaimana cara mempelajari suatu konsep dari apper? pertama cari paper yang paling banyak di sitasi, kemudian cari 10 paper terbaik pada setiap periode pada topik yang kita cari. Ingat yang menjadi tujuan kita bukan tahu isi papernya, tapi tahu dan paham gambaran umum riset pda topik tersebut. Sehingga kita bisa menempatkan posisi kita berada dimana.
Hal penting lain yang penyaji sampaikan adalah kita harus memiliki target waktu ketika mengerjakan suatu persoalan. Dengan deadline kita akan lebih jelas tujuannya. Kerjakan tugas dengan baik, jangan terlalu berpikir perpeksionis. Perpectionism is also one kind of procrastination.
Pada akhirnya kita harus mengikuti apa yang menjadi formula Stephen Covey. Dimana kita harus memisahkan setiap jenis prioritas kita. Apakah yang kita lakukan masuk kategori penting dan urgen (do it now), urgen namun tidak penting (delegate), tidak urgen tapi penting (do it later), atau tidak urgen dan tidak penting (do it last).
Overall seminar semester ini telah memberikan banyak pengalaman baru bagi saya, banyak inspirasi, ide, dan perspektif baru yang penting untuk saya. Semoga seminar semester berikutnya bisa dapat lebih banyak pengalaman.