Pengalaman Prosedur Karantina Taiwan Akhir Sept 2022

Tulisan ini akan bercerita tentang pengalaman saya memasuki Taiwan pada akhir Sept 2022. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Taiwan merupakan salah satu negara yang sangat ketat dalam menerapkan kebijakan untuk para pendatang. Ketika di beberapa negara lain sudah tidak lagi mewajibkan karantina, Taiwan masih melakukannya. Seperti kedatangan saya Okt 2020 secara umum prosedurnya tidak jauh berbeda, namun ada beberapa hal yang perlu untuk dicatat.

Berikut ini beberapa kebijakan yang diterapkan antara lain:

Setiap orang yang datang ke Taiwan harus mengisi form deklarasi kesehatan melalui tautan https://hdhq.mohw.gov.tw. Kita dapat mengisinya sebelum melakukan check in baik beberapa menit atau beberapa jam karena dokumen ini ditunjukkan kepada petugas check in di bandara bersama dengan tiket, passport, ARC yang masih aktif, dan sertifikat vaksin. Pengisian link di atas juga terintegrasi dengan sertifikat deklarasi karantina ketika kita tiba di bandara Taiwan. Beberapa menit setelah sampai, akan ada SMS masuk berisi link untuk mendownload dokumen nya. Kita dapat membuka link tersebut dengan memasukkan 6 digit akhir nomor passport kita. Selain itu barcode dari sertifikat tersebut juga terintegrasi dengan system pemesanan taksi yang berisi alamat hotel tempat kita karantina yang kita isikan sejak kita mengisi HDHQ di atas.

Gambaran umum ketika kita tiba di bandara Taiwan secara umum sama saja, kita keluar dari pesawat, kemudian akan terus diarahkan oleh para petugas memasuki lorong yang sudah diatur sedemikian rupa. Hal pertama yang dilakukan adalah menunggu SMS masuk dan berusaha untuk terhubung dengan wifi bandara untuk membuka link sertifikat tempat karantina. Setelah kita dapat dokumen tersebut, kita diminta untuk melakukan screen shoot atau menyimpan filenya untuk memudahkan dalam proses pemeriksaan. Setelah dipastikan kita telah memilikinya kita akan diarahkan untuk diberi sedikit pengarahan dan diberikan dua alat tes rapid antigen termasuk satu gelas kecil dan kertas untuk pengambilan ludah kita sebagai pengganti PCR test. Kebijakan tes PCR dengan menggunakan air ludah ini merupakan kebijakan baru Taiwan. Mereka memiliki alat dan teknologi baru untuk mendeteksi hal tersebut. Konon kalau hasilnya positif maka akan diinformasikan kepada yang bersangkutan. Namun jika negatif, maka tidak akan ada informasi apa-apa.

Setelah mendapatkan hal tersebut kita akan masuk pada area pemeriksaan bagasi, koper kita diminta dibuka, dan petugas memeriksa semua bagian untuk memastikan kita tidak membawa makanan basah yang dapat menjadi perantara penyebaran virus. Selama makanan itu tertutup rapat tidak masalah.

Setelah selesai kita diminta ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan passport dan ARC. Kita juga diminta untuk scan telunjuk. Sebenarnya ada dua opsi dibagian ini yakni dengan e-gate dan manual gate. Untuk e-gate kita harus mendaftar dulu. Saya kurang tahu prosedurnya, sehingga saya ambil yang pemeriksaan manual oleh petugas imigrasi. Petugasnya juga mengkonfirmasi kalau kedatangan kita untuk studi. Mungkin dilihat dari dokumen ARC dan visa pelajar yang masih tertempel pada passport.

Setelah itu kita turun ke lantai dasar menuju bagian bagasi jika kita memiliki bagasi yang harus diambil, jika tidak, kita dapat melanjutkan perjalanan ke bagian pengambilan sample ludah. Sebenarnya yang mereka butuhkan itu ludah bagian dalam untuk diambil spesimennya. Setelah dari proses ini, kita keluar area bandara dan bertemu dengan petugas yang mengurusi pemesanan taksi. Kita diminta menunjukan screen shoot alamat karantina kemudian ada satu lembar kertas yang berisi alamat karantina untuk diberikan kepada supir taksi. Taksinya cepat datang, dan sebelum masuk taksi, semua area badan kita disemprot sanitiser termasuk koper bawaan. Setelah itu masuk taksi menuju alamat hotel. Setelah sampai, kita diminta bayar uang 1000 NTD. Dan Kita masuk lobby hotel. Petugas hotel mengecek passport kita untuk memastikan kesamaan data dengan yang kita isikan waktu daftar hotel. Setelah ok, petugas hotel mengkonfirmasi kepada supir dan supir pun meninggalkan area hotel.

Sesampaikan dihotel kita diminta menunjukan passport, kemudian diberikan beberapa pengarahan, dan mengkomunikasikan permintaan kita, seperti saya muslim, maka petugas hotel menyampaikan bahwa dirinya akan berusaha untuk memesan makanan bukan babi dan tidak beralkohol. Setelah kita diminta untuk konek ke wifi hotel dengan password yang sudah tertera di meja lobby. Lalu kita diminta untuk scan QR code akun hotel untuk laporan suhu tubuh setiap pagi dan petang. Setelah itu itu kita diberi tahu nomor kamar yang sudah terbuka. Kunci sudah tersedia didalam kamar. Setelah sampai dikamar, petugas hotel mengirimkan informasi kebijakan karantina dan mengkonfirmasi jika menu sarapan sudah disimpan di kursi depan kamar. Proses ini kurang lebih sama dengan waktu saya datang tahun 2020.

Demikian, semoga bermanfaat.